Warga Lewoleba Ditemukan Tewas di Dalam Sumur
Saat evakuasi, polisi dibantu anggota Tim SAR dari Brimob Lembata dan beberapa pemuda anggota Tagana.
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Pos Kupang.com, Frans Krowin
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Warga Tujuh Maret, Kelurahan Lewoleba, Kabupaten Lembata, Kamis (19/10/2017) malam geger.
Agustinus Gego Luon (46) ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam sumur tua tidak jauh dari rumah korban.
Mayat Gego ditemukan pertama kali oleh Philipus Hoga, anak kecil berusia 12 tahun.
Korban baru dievakuasi aparat dari dalam sumur, Kamis sekitar pukul 20.00 Wita.
Saat evakuasi, polisi dibantu anggota Tim SAR dari Brimob Lembata dan beberapa pemuda anggota Tagana.
Baca: Heboh, Sumur Tua di Demak Semburkan Api, Bisa untuk Bakar Singkong
Proses evakuasi mayat Gego dari dalam sumur tak menemui kendala apa-apa.
Selanjutnya korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba untuk visum.
Penemuan mayat di dalam sumur dibenarkan Kapolres Lembata, AKBP Arsdo Simatupang melalui Kasat Reskrim, AKP Yohanis Wila saat dikonfirmasi Jumat (20/10/2017).
Wila mengatakan polisi masih melakukan pengumpulan bahan dan keterangan.
Dia menegaskan otopsi mayat Gego tidak dilakukan karena beberapa hal.
Pertama, keluarga menyatakan menerima kematian itu sebagai jalan hidup Gego.
Berikutnya, untuk otopsi jenazah, polisi harus menunggu tim dokter dari Polda NTT. Sementara kondisi korban semakin membengkak.
Berikutnya, RSUD Lewoleba belum memiliki instalasi pemulasaran jenazah, belum punya freezer jenazah.
Dari beberapa faktor itulah, polisi menyetujui permintaan keluarga yang menerima kematian korban sebagai takdir yang harus dialami.
"Dokter hanya melakukan visum luar karena keluarga menyatakan menerima dengan ikhlas kematian itu," ujar Wila.
Wila mengatakan, penemuan mayat itu merupakan peristiwa kedua, setelah sebelumnya pada 20 September 2017 lalu, warga Desa Karangora, Kecamatan Atadei, menemukan Bernadus Tubu tewas mengenaskan dengan leher hampir putus.
Dalam kasus tersebut, polisi menangkap adik kandung korban, Bruno Bawang Henakin dan menjebloskannya ke dalam sel.