Proses Belajar Mengajar di SDN Basirih 10 Bergantung Pasang-surut Air Sungai
Siswa SDN Basirih 10 yang berada di pinggir Kota Banjarmasin, punya semangat juang untuk belajar di tengah keterbatasan.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Siswa SDN Basirih 10 yang berada di pinggir Kota Banjarmasin, punya semangat juang untuk belajar di tengah keterbatasan.
Jarum jam menunjukkan angka 07.30 Wita. matahari menerobos rerimbunan pepohonan yang ada di bantaran Sungai Kuin Kacil di Simpang Jelai Banjarmasin.
Seorang anak berpakaian putih dan rok merah, tampak cekatan merapikan ikatan tali sepatu.
"Mak...ulun tulang ka sekolah (Bu, saya berangkat ke sekolah)," kata si bocah kepada ibunya yang sedang masak di dapur.
Ya, bocah itu bernama Nuramanah. Dia satu dari 75 siswa dan siswi SDN Basirih 10.
Setelah bersalaman dengan sang ibu, dia menyusuri jalan kecil di depan rumuhnya menuju bantaran sungai.
Di pinggir sungai sudah ada temannya, Saidah Aisyah. Ia juga siswi SDN Basirih 10.
Tangan mungilnya langsung melepas ikatan tali jukung (perahu sampan dalam bahasa Banjar).
Keduanya bersama-sama mengayunkan dayungnya menyusuri sungai menuju sekolah yang memerlukan waktu sekitar 15 menit.
Naik jukung menjadi kegiatan yang akrab baginya. Bahkan jukung satu-satunya alat transportasi untuk menuju dan pulang sekolah.
Hingga kini belum ada akses jalan darat untuk menuju sekolah mereka.
"Kalau arusnya deras, mendayungnya harus kencang. Kalau tidak kencang, kami bisa terbawa arus," ucap Nuramanah.
Siswa lain juga melakukan hal sama. Tapi ada juga yang diantar orangtuanya menggunakan kelotok.
Tak heran di dekat sekolahan itu berjajar rapi belasan kelotok yang menjadi transportasi para siswa dan guru.
Kepala SDN Basirih 10 Banjarmasin, Yuseri mengatakan lokasi sekolah yang dia pimpin sangat unik karena harus menggunakan transportasi air.
Yuseri menceritakan suka duka perjalanan menuju SDN Basirih 10 Banjarmasin. Apalagi saat alam tidak bisa bersahbat. Misal, sungai sedang dangkal. Atau tiba-tiba hujan deras.
"Hujan itu menjadi kekhawatiran kami, karena ketika sedang di atas kelotok, kemudian hujan mengguyur, habislah sudah dan kami tidak bisa apa-apa, akhirnya basah semua," ucapnya.
Kegiatan belajar-mengajar sangat bergantung pasang-surut sungai dan hujan. Artinya, pada bulan-bulan tertentu jam belajar sangat singkat karena harus buru-buru pulang sebelum air surut.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.