Pengungsi Mulai Pulang Kampung, Tangis Haru pun Tak Terbendung
Sebagian pengungsi mulai meninggalkan Posko GOR Swecapura, Klungkung, Senin (30/10/2017) pagi.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SEMARAPURA - Pasca diturunkannya status aktivitas vulkanik Gunung Agung dari Awas menjadi Siaga, Minggu (29/10/2017), sebagian pengungsi mulai meninggalkan Posko GOR Swecapura, Klungkung, Senin (30/10/2017) pagi.
Pengungsi yang memutuskan pulang ke kampung halamannya, rata-rata berasal dari wilayah di luar radius 6 km dari kawah Gunung Agung.
"Kami sudah dapat informasi kalau sekarang wilayah kami tidak lagi masuk KRB. Jadi kami putuskan untuk pulang. Astungkara, kami jadi bisa Galungan di kampung halaman," Ujar I Wayan Nguwenten, pengungsi asal Banjar Perang Sari, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem.
Baca: Bali Aman, Pengungsi Gunung Agung Sudah Boleh Pulang
Suasana haru pun terasa ketika para pengungsi mulai meninggalkan GOR Swecapura untuk pulang ke kampung halaman mereka.
Beberapa tampak berpamitan langsung dengan Kalak BPBD Klungkung, I Putu Widiada.
Beberapa di antara mereka juga tampak menangis, saat berjalan memuju bus Damri yang akan mengantar mereka ke kampung halaman mereka.
Sekitar pukul 10.00 Wita, satu per satu pengungsi mulai menaikkan barang bawaan mereka ke atas bus Damri yang difasilitasi pemerintah.
Mereka rencananya akan menetap di kampung halaman, setelah wilayah mereka dinyatakan dalam radius aman.
Baca: Sosok Lain Beri Klarifikasi Mengejutkan Usai Teman Dekat HA Buka Suara terkait Video Mesum
"Kami akan menetap di kampung halaman, tapi juga tetap dengar instruksi pemerintah. Kalau kami diminta kembali mengungsi, kami akan kembali ke pos pengungsian ini," jelas Nguwenten.
Mereka pun tidak sabar untuk segera sampai di Kampung halaman. Banyak hal yang harus mereka persiapkan utuk merayakan hari raya Galungan di Kampung halaman.
Tinggal di pengungsian, membuat mereka tidak punya banyak bekal untuk membeli persiapan upacara.
Baca: Hamdani Kabur ke Bogor Setelah Membunuh Istrinya, Polisi Meringkusnya di Rumah Kos
Sesampai kampung halaman, mereka tidak langsung tinggal diam. Mereka akan langsung bekerja untuk mengembalikan kondisi ekonomi mereka.
"Sampai rumah saya langsung jualan kecil-kecilan. Apapun hasil di kebun yang bisa dijual, akan saya jual. Sama sekali saya belum punya uang untuk beli persiapan upakara Galungan," jelas Ni Wayan Wenten, pengungsi asal Dusun Perang Sari.