Beginilah Ritual Aruh Adat Buntang Ta'un Hajad
Di akhir ritual itu, mereka kemudian mengambil sedikit darah kerbau untuk dipercikan.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Dony Usman
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG - Beberapa laki-laki dan Wanita Dayak Ma'anyan Desa Warukin, Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan, bergerak seperti menari. Mereka mengelilingi seekor kerbau sebagai hewan kurban.
Kerbau yang sudah disembelih dalam kondisi terikat tali rotan di tiang baluntang. Tubuhnya ditutupi tikar purun dan kain sarung.
Sambil terus bergerak hingga beberapa kali putaran, di antara pria dan wanita itu mengucapkan sesuatu dalam bahasa Dayak. Mereka menyebutnya mamangan.
Di akhir ritual itu, mereka kemudian mengambil sedikit darah kerbau untuk dipercikan ke sekitar lokasi dan juga ada yang mencoretkannya ke bagian kaki sendiri.
Ya, prosesi itu adalah bagian akhir dari ritual Aruh Adat Buntang Ta'un Hajad atau nazar yang dilaksanakan Lembaga Adat Dayak Ma'anyan Desa Warukin.
Aruh adat ini dipusatkan di halaman Balai Adat Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Tabalong, Sabtu (28/10/2017) dari pukul 10.00 wita.
Dalam proses ini, mereka mengurbankan satu ekor kerbau dengan cara disembelih setelah sebelumnya ditandai dengan adanya prosesi menombak kerbau tersebut.
Penombakan yang dilakukan hanya berupa simbol dan hanya dilakukan satu kali dengan gerakan yang cepat sehingga tak mematikan.
"Menumbak itu tidak untuk membunuh, hanya menjaga tradisi saja, jangan sampai luka. Sedangkan kerbaunya dikurbankan dengan cara disembelih," kata Sekretaris Panitia Aruh Adat Buntang Ta'un Hajad/Nazar, Andreas Buje.
Disampaikannya, sebelum masuk ke prosesi penumbakan hadangan, ritual diawali dengan mamangan yang dilakukan balian terhadap beberapa sesajen
Sesajen yang sudah dimamang itu merupakan syarat yang dimasukan ke dalam lobang tempat tiang dari kayu ulin dengan ukiran patung atau disebut patung baluntang, didirikan.
"Yang dimasukan ke dalam lobang itu mangkuk atau piring berisi darah ayam, beras, telur dan lainnya. Tujuannya supaya pemasangan patung baluntang bisa berjalan lancar," ceritanya.
Patung baluntang sebelum dimasukan ke dalam lobang juga melalui prosesi mamangan dan dipolesi darah ayam oleh balian.
Pendirian patung baluntang, imbuhnya, tidak bisa dilakukan sembarangan karena hanya bisa ketika ada aruh, baik karena ada yang meninggal atau syukuran Aruh Buntang Ta'un Hajad.
Dengan adanya patung baluntang yang didirikan itulah akan bisa diketahui di lokasi itu pernah ada dilakasanakan aruh adat.
"Kalau yang kita pasang pada acara ini menandakan di sini pernah diadakan aruh mambuntang," katanya.
Kemudian, dengan adanya patung baluntang ini juga melambangkan leluhur berada di lokasi itu untuk bisa menjadi pelindung.(*)