Kisah Mbah Sumiyati Menggelandang di Kota Tegal, Tak Betah di Rumah Karena Tak Punya Uang
Saat ruko-ruko di Jalan Veteran, Kota Tegal, Jawa Tengah mulai tutup, ibu tersebut juga ikut berkemas-kemas
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu
TRIBUNNEWS.COM, TEGAL - Tampak seorang ibu telah mulai bersiap tidur.
Saat ruko-ruko di Jalan Veteran, Kota Tegal, Jawa Tengah mulai tutup, ibu tersebut juga ikut berkemas-kemas.
Tangannya mendadak sibuk mengemasi beberapa plastik berisi makanan.
Sumiyati (62) namanya.
Warga asal Slawi ini memilih menggelandang alih-alih pulang ke rumahnya dan hidup bersama anak semata wayangnya.
Senin (6/11/2017), Sumiyati merebahkan diri di emperan ruko pukul 22.10 WIB.
Kesehariannya ia membantu bersih-bersih sampah di pasar pagi.
Selanjutnya ia menggelandang tidak tentu arah.
Keadaan ini membuatnya pasrah.
Tribunjateng.com melihat seorang perempuan mendekat ke arahnya.
Ia membawa sebungkus roti.
Kepada Tribunjateng.com, ia mengaku bernama Anna.
Perempuan itu pun sedikit bercerita tentang kondisi kota.
Meskipun termasuk jalan protokol kota, tetapi masih banyak gelandangan yang ada di area ini.
“Saya selalu melihat mereka seperti ini saat pulang kerja atau pun keluar malam. Setiap hari mereka pasti berjejer di sini, penasaran juga sebenarnya kenapa mereka begini,” ujarnya.
Ia kemudian memberikan roti tersebut kepada Sumiyati.
Saat itu Tribunjateng.com memiliki kesempatan untuk bertanya kepada Sumiyati.
Ia mengaku tidak bisa pulang ke Slawi.
Nampak malu-malu memberikan keterangan tentang latar belakangnya.
“Saya tidak punya uang. Lebih baik menggelandang seperti ini saja daripada meminta-minta di lampu merah.”
Lirih ia memberikan keterangan kepada Tribunjateng.com.
Tampak lusuh plastik-plastik yang dia bawa.
“Ini pemberian dari orang-orang yang lewat. Meski saya tidak meminta.” Imbuhnya.
Matanya sedikit berkaca-kaca.
Ketika Tribunjateng.com bertanya kenapa ia tidak ingin pulang ke Slawi ia ingin menyampaikan sesuatu.
“Ya begini, saya sebenarnya ingin menghabiskan waktu tua seperti ini,” tuturnya lirih.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB.
Ruko-ruko sudah tutup, penjaja makanan di sepanjang trotoar juga tutup.
Malam semakin merambat Sumiyati tetap ingin terlelap di depan ruko tersebut tanpa alas tidur. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.