Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dulu Dipecat UIN Karena Menghina Nabi, Kini Pemuda Ini Ditangkap Karena Memeras

Ia juga melakukan pelanggaran disiplin saat menjadi instruktur masa orientasi mahasiswa baru di UIN.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dulu Dipecat UIN Karena Menghina Nabi, Kini Pemuda Ini Ditangkap Karena Memeras
Facebook
Surat pemecatan Tua Aulia Fuadi dari UIN Sumut yang ditandatangani Rektor (kiri), Tua Aulia Fuadi (kanan) 

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -- Pernah membuat heboh karena mengusulkan agar Al-Quran direvisi, pemuda ganteng ini sekarang mendekam di sel penjara.

Tuah Aulia Fuadi kembali menjadi buah bibir di Sumatera Utara setelah ditangkap polisi saat berada di sebuah kafe sedang menghitung uang yang diduga hasil pemerasannya dari seorang PNS di Pemkab Batubara.

Tahun 2015 silam, ia membuat geger karena dianggap menghina Nabi Muhammad.

Tuah Aulia Fuadi yang waktu itu mahasiswa Jurusan Ahwal Al Syakhshiyah Fakultas Syari'ah UIN Sumut menulis pendapat yang membuat marah banyak orang di akun Facebook miliknya.

Baca: Cewek Daun Muda Mantan Alexis Ada yang Pindah ke Palembang Tetap Tawarkan Pijat Plus

Baca: Lucu, Jokowi Tak Sanggup Gendong Kahiyang Hingga Jualan Dawet

Di tulisan lepasnya itu, antara lain Tuah menyebut sebaiknya Alquran direvisi karena sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

Berita Rekomendasi

Begini tulisnya:

"Penafsir tunggal itu hanya rasul dan itu pun satu. sekarang ia sudah mati jd penafsir tunggal it sdh ga ada lg. Yg sebaiknya Alquaraan itu direvisi saja. Minimal kembalikan saja urusan itu ke Negara, Biar negara saja yg merelevansikannya sesuai dengan kebutuhan zaman dan peradaban umat yg lebih progresif, modernis, teknologis dan teknogratis."

Selain itu, ia juga berpendapat bahwa umat Islam diwajibkan untuk tidak mengikuti Nabi Muhammad langsung secara mentah-mentah, sebab tak ada hadis yang mengharuskan itu.

"Dalam BERNEGARA , kita tidak diwajibkan untuk mengiktui NABI MUHAMMAD langsung secara mentah2. Sebab tak ada hadis yang bunyinya, 'Dabbiru siyasatakum kama ra-aitumuni udabbiru siyasati,' aturlah politik kalian sebagaimana kalian lihat aku mengatur politikku.

Yang ada adalah hadis, 'Shallu kama ra-aitumuni ushalli,' salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat."

"Kenapa statemen ini hanya disabdakan Nabi dalam hal salat, dan tidak dalam lapangan politik? Jawabannya jelas: karena salat adalah masalah ubudiyyah yang statis, tidak berkembang, dan aturannya final dan terinci."

"Soal politik adalah soal dinamis, dan karena dinamis maka tidak ada 'politik Nabi'. Politik nabi pas sesuai pd zaman nya. Sementara sekarang bukan lg zaman nabi. tak SETIAP DALAM semua hal kita itu harus mengikuti Nabi."

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas