Mereka-mereka yang Jadi Korban Banjir dan Longsor
Setelah proses pencarian selama beberapa jam, Tim SAR Gabungan mengevakuasi dua korban yang tertimbun longsoran talut Sungai Winongo
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Setelah proses pencarian selama beberapa jam, Tim SAR Gabungan mengevakuasi dua korban yang tertimbun longsoran talut Sungai Winongo, Jlagran, Pringgokusuman, Gedongtengen, Kota Yogyakarta, Selasa (28/11/2017) petang.
Kedua korban tersebut, yakni Ambar (40), dan cucunya yang berusia tiga bulan, Aurora. Keduanya ditemukan dalam keadaan tewas dan sedang berpelukan di dalam sebuah kamar. Seorang korban lainnya, Barjono (70), suami Ambar, hingga semalam belum ditemukan.
Kapolresta Kota Yogyakarta, Kombes Pol Tommy Wibisono mengungkapkan, mereka tewas tertimbun longsoran. Petugas evakuasi menemukan dua jenazah korban longsor di dalam sebuah kamar. "Keduanya ditemukan dalam kondisi tertimbun material longsor. Masih mencari seorang korban lagi," kata Tommy, Selasa malam.
Tommy menjelaskan, tim evakuasi menemukan jenazah Ambar dan bayi bernama Aurora. Evakuasi dilakukan dengan hati-hati, berharap agar korban ditemukan dalam kondisi selamat. "Sayang, ternyata keduanya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Kedua korban langsung kami bawa ke RS Bhayangkara," ujar Tommy.
Tommy menyampaikan, longsor talut di atas Sungai Winongo terjadi pada pukul 11.30. Material longsoran mengenai sebuah rumah warga Barjono, yang berada di RT 01 RW 01 Jlagran.
Sementara itu Ketua RW 01 Jlagran, Hibur Pintono menjelaskan, rumah yang terkena material longsoran tersebut milik Barjono. Tiga orang yang tertimbun yakni Barjono, Ambar (istri Barjono), dan cucunya, Aurora, yang berumur tiga bulan.
Bencana Pacitan
Pada hari yang sama, longsor juga menimbun sembilan orang di Pacitan. Wakil Bupati Pacitan, Yudi Sumbogo mengungkapkan, jumlah korban akibat longsor mencapai sembilan orang. Apabila ditambah dengan jumlah korban banjir pada hari yang sama, kata dia, jumlahnya menjadi 11 orang.
"Yang tertimpa longsor ada tujuh ditambah dua, jadi sembilan. Sudah meninggal dunia akibat tanah longsor, bukan karena banjir," kata Yudi via telepon, Selasa siang.
Dia menuturkan, peristiwa longsor yang menewaskan sembilan orang itu terjadi, Selasa pukul 02.00 dini hari. Ketujuh korban berasal dari Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung, dan dua orang warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo. Hingga kemarin, sembilan korban meninggal akibat longsor itu hingga kini belum dapat dievakuasi. Sulitnya akses menuju lokasi dan tingginya intensitas hujan, menjadi kendala.
Selain longsor, Selasa kemarin Pacitan juga tertimpa banjir bandang. Banjir ini sangat menghebohkan, lantaran sejumlah akun media sosial mengunggah dan memviralkannya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan kerepotan memastikan jumlah dan identitas korban, lantaran gangguan perangkat komunikasi. Sekretaris Pelaksana BBPD Pacitan, Ratna Budiono mengaku belum mengetahui jumlah pasti rumah yang tergenang banjir. Dia juga belum mengetahui identitas para korban yang dilaporkan hilang karena ada kendala pada peralatan komunikasi.
"Kendala kami, semua alat komunikasi sedang blank. Di Desa Sirnoboyo (salah satu lokasi banjir--Red), ada dua orang masih proses pencarian. Untuk sementara kami belum berani memastikan, sebab laporan resmi detail belum sampai ke posko induk," kata Ratna.
Dia mengungkapkan, radio komunikasi yang digunakan anggota BPBD Pacitan mengalami habis baterai, sejak Senin (27/11) malam. "Radionya teman-teman sudah mati karena dipakai sejak malam, baterainya habis. Repeaternya juga mengalami trouble, ponsel juga sulit di wilayah Pacitan," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.