Usai Imami Salat Berjamaah, Kakek Mugiyanto Hilang Ditelan Banjir Wonosobo
Ahmad, warga Rt 2 Rw 8 dusun Kasiran desa Mlipak Wonosobo masih terngiang ucapan terakhir Mugiyanto (65) saat dimintanya segera keluar rumah.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, WONOSOBO - Ahmad, warga Rt 2 Rw 8 dusun Kasiran desa Mlipak Wonosobo masih terngiang ucapan terakhir Mugiyanto (65) saat dimintanya segera keluar rumah.
Saluran air selebar dua meter di tengah perkampungan kala itu sedang meluap, Selasa malam (28/11).
Talut saluran yang posisinya lebih tinggi dari rumah Mugi mulai terkikis. Air luapan masuk ke dalam rumah hingga setinggi betis.
Baca: Pengusaha Ini Sebut Amir Mirza Sebagai Walikota Bayangan
Ahmad tanpa pikir panjang meneriaki orang-orang yang masih terjebak di dalam rumah.
Ia menarik tubuh putra putri Mugi, Ayu (17) dan Slamet (23) di dalam rumah agar cepat keluar.
Luapan terus membesar, sementara retakan tanggul semakin meluas. Petaka lebih besar diyakininya akan datang.
Baca: Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor di Jakarta Rp 1,7 Triliun
Sementara Mugiyanto masih terjebak di dalam rumah.
Kakek itu hendak mengambil cangkul untuk memperbaiki saluran belakang rumah, sehingga aliran luapan beralih dan tak menghantam rumah. Ahmad menyeru agar Mugi lekas keluar karena tanggul mulai bedah.
"Saya panggil untuk keluar, dia jawab Nun (ya), panggilan ketiga sudah tidak jawab saat tanggul longsor dan menjebol rumah," katanya, Rabu (29/11).
Tanggul yang hanya berjarak sekitar 2 meter dari dinding rumah Mugi itu akhirnya benar-benar ambrol selebar sekitar 4 meter. Arus air bercampur material talut lalu menjebol sebagian tembok rumah Mugi.
Dinding permanen sisi samping hingga belakang rumah jebol sepanjang sekitar 8 meter. Tembok kamar dalam rumah pun jebol diterjang arus yang menghanyutkan seisi rumah.
Panggilan Ahmad ke Mugi sudah tak lagi terjawab. Wujud orang tua itu tak terlihat di antara puing rumah yang hanyut.
Tubuh Mugi yang renta hilang entah kemana.
"Padahal sebelum kejadian itu dia masih sempat mengimami salat jamaah di masjid," katanya.
Rabu pagi (29/11), banjir telah surut, aliran saluran kembali normal.
Rumah Mugi telah dibersihkan dari material longsor dan puing rumah. Namun tubuh Mugi tak ditemukan di lokasi kejadian.
Pukul 10 30 Wib, jasad Mugi ditemukan tersangkut bangkai pohon kelapa yang terbawa arus sungai Serayu bawah jembatan gantung Selokromo Leksono Wonosobo, atau 10 kilometer dari tempat kejadian.
Ahmad mengatakan, jebolnya tanggul di sisi rumah Mugi diawali air saluran yang meluap saat hujan lebat semalam.
Badan jembatan saluran di sisi rumah Mugi dibangun terlalu rendah sehingga menghambat laju air.
Air yang tak berhasil lolos karena menghantam jembatan akhirnya memutar balik, dan menggerus talut hingga longsor dan membanjiri rumah Mugi.
"Jembatan itu terlalu rendah sehingga air tak bisa lolos kalau sedang meluap. Kami berharap jembatan itu dihancurkan dan dibangun lagi yang lebih tinggi, sehingga tidam kejadian lagi,"katanya.