Demo Rusuh, Para Honorer Lemparkan Microphon dan Air Mineral ke Arah Bupati Bener Meriah
Ratusan tenaga honorer dari berbagai instansi di lingkup instansi Pemerintahan Kabupaten Bener Meriah mendatangi DPRK Bener Meriah, Selasa (2/1/2018).
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Muslim Arsani
TRIBUNNEWS.COM, REDELONG - Ratusan tenaga honorer dari berbagai instansi di lingkup instansi Pemerintahan Kabupaten Bener Meriah mendatangi DPRK Bener Meriah, Selasa (2/1/2018).
Kedatangan mereka disebabkan karena keputusan Bupati Bener Meiah, Ahmadi, untuk merasionalkan tenaga honorer yang dinilai telah membebani anggaran sekitar Rp 21,3 miliar tiap tahunnya.
"Kami menuntut Bupati Ahmadi, agar mencabut SK tentang rasionalisasi tenaga non-PNS. Ini merupakan bentuk bentuk arogansi dan kesewenang-wenangan seorang pemimpin terhadap rakyat," teriak koordinator lapangan, Idawati.
Audiensi yang dihadiri oleh ratusan tenaga honorer dengan DPRK dan dihadiri oleh Bupati Bener Meriah berubah menjadi rusuh yang berujung anarkis, Selasa (2/1/2018).
Pasalnya ketika pimpinan sidang Darwinsyah dari fraksi Partai Golkar, setelah menerima aspirasi dari tenaga honorer berbicara mengenai keluh kesah.
Baca: Abu Gunung Agung Sudah Sampai Gianyar dan Denpasar
Kemudian ia mempersilakan Bupati Bener Meriah untuk menjawab.
Namun beberapa anggota DPRK yang hadir ditempat, hendak berbicara, tidak dipersilakan oleh pimpinan sidang.
Hingga akhirnya, beberapa anggota dewan lainnya memilih untuk meninggalkan ruangan.
Di antaranya Jawahir Putra, Muhammad Amin, Anwar, Edi Zulkifli.
Akibat dari keluarnya anggota beberapa anggota dewan tersebut, membuat suasana audiensi menjadi rusuh dan anarkis.
Anggota Satpol PP Bener Meriah masuk ke ruang sidang untuk mengamankan situasi.
Pantauan Serambi, massa mulai melempari microphon, tas, air minum mineral, ke arah Bupati Bener Meriah.
Baca: Ketika Deddy Mizwar dan Hidayat Nur Wahid Adu Argumen di Sosial Media
Lemparan tersebut hingga mengenai Ahmadi, dan Sekda Bener Meriah, Ismarisisska, yang saling berdekatan.
Akhirnya, beberapa orang yang berpakaian preman, mengejar perwakilan massa yang dianggap sebagai provokator.
"Pimpinan sidang tidak prorakyat, pimpinan berat sebelah," teriak tenaga honorer.
Hingga kini proses audiensi masih tertunda, karena ada beberapa massa yang tidak ingin masuk.