Sudirman Said Bisa Manfaatkan Celah Pasangan Ganjar-Gus Yasin
Keputusan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengusung Ganjar Pranowo-Taj Yasin dalam Pilgub Jateng 2018 merupakan tradisi baru.
Editor: Y Gustaman
News Analysis oleh Yulianto, Pakar Politik Undip Semarang
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Keputusan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengusung Ganjar Pranowo-Taj Yasin dalam Pilgub Jateng 2018 merupakan tradisi baru.
Tradisi itu adalah partai terbuka dengan mengusung pluralisme politik, artinya meski bisa maju sendiri tapi mengakomodasi kekuatan politik di luar abangan, yakni dari kalangan santri.
Dengan pola Ganjar-Yasin, PDI Perjuangan mencoba meminimalisasi penolakan dari kalangan pemilih muslim atau santri, karena terdapat figur santri yang mewakili muslim.
Ini juga untuk mengantisipasi adanya politik bernuansa SARA, utamanya agar PDI Perjuangan tak terserang sebagai partai yang tidak mengakomodasi sosio politik Islam. Ini yang dominan.
Baca: Dua Partai Ini Bakal Dukung Pasangan Ganjar-Gus Yasin di Pilgub Jateng
Baca: Karisma Mbah Moen dan Restu untuk Ganjar-Gus Yasin
Baca: Sudirman Hanya Lewat Media, Ganjar Langsung Lobi Mbah Moen untuk Gus Yasin
Pada konteks penyusunan, penunjukan Ganjar-Yasin mengedepankan pragmatisme koalisi pragmatis. PDI Perjuangan meski bisa sendiri, pola itu terjadi di Sumut, yaitu cagub Djarot Saiful Hidayat hanya 16 kursi menggandeng PPP sebagai wakilnya.
Ini sekaligus menggabungkan dengan PPP di Jateng untuk maju bersama. Sehingga, PDI Perjuangan harus meluluhkan kebiasaan untuk maju secara mandiri dengan memgakomodasi kekuatan politik dari kalangan muslim. Sumut sama dengan Jateng.
Kalau dilihat dari idealitas, sebenarnya pasangan Ganjar-Yasin tidak dalam konteks pasangan ideal.
Ganjar sedang dirundung isu soal e-KTP, ini bisa jadi bagian dari kampanye politik nanti.
Kemudian Taj Yasin secara figur belum populer di Jateng, representasinya santri dan NU di Jateng belum maksimal, elektabilitasnya pun jika mengover se-Jateng belum dalam pola ideal, kecuali di pantura timur.
Ini butuh kerja keras bagi PDI Perjuangan dan PPP, serta partai pendukung lain, karena pola pasangan ini tidak dalam posisi ideal, atau biasa-biasa saja. Sebab yang satu elektabilitasnya pun dalam konteks dipertanyakan di Jateng.