Pertama, Warga Non Muslim Ini Justru yang Membuat Penginapan Berkonsep Syariah di Kota Salatiga
Ketertiban, itulah yang dikehendaki Martin Setiawan (37) terkait alasanya membuka penginaan syariah di Kota Salatiga.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - Ketertiban, itulah yang dikehendaki Martin Setiawan (37) terkait alasanya membuka penginaan syariah di Kota Salatiga.
Tidak semata-mata menjadi losmen pertama di Salatiga yang membawa konsep tersebut, Oemah Jari juga menjadi unik karena dimiliki oleh seorang Nasrani.
Hujan baru saja mengguyur saat Martin menerima Tribun di halaman restorannya, satu unit bangunan dua lantai dipenuhi dinding kaca yang menawarkan pemandangan khas wilayah tersebut, pegunungan.
Kedai makan dengan nama identik tersebut berdiri berjajar di penginapan berlantai dua dengan 12 kamar itu.
"Saya berkongsi dengan paman untuk membuka tempat ini. Dialah yang menyediakan perabot sementara saya mengurus perizinannya. Tanahnya sendiri merupakan milik keluarga," kata Martin, Senin (8/1/2018).
Tanah seluas 700 meter persegi tersebut terletak di Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo.
Di sekeliling penginapan, terhampar padang rumput dan persawahan yang disebut Martin bisa saja dibeli jika bisnisnya menunjukkan perkembangan berarti.
Membuka penginapan berkonsep syariah, Martin sejak awal memahami apa saja yang bakal menjadi pertanyaan kerabatnya.
Mulai dari kekhawatiran akan terbatasnya segmen sampai seberapa lama usahanya akan bertahan.
"Namun dari semula saya meyakinkan,kita mencari berkah dari rejeki yang halal saja. Daripada kamarnya dipakai yang aneh-aneh," jelasnya.
Sesuai konsepnya, Oemah Djari mewajibkan penginap tidak membawa pasangan tidak resmi. Tamu sekali pun diharuskan menemui penginap di ruang tamu tanpa dibolehkan masuk kamar.
"Yang paling mudah tentu dengan melihat KTP-nya, kalau resmi pasti alamatnya sama. Saya juga menyediakan musala yang cukup luas agar penginap bisa leluasa beribadah," tutur dosen Desain Komunikasi Visual universitas Kristen Satya Wacana ini.
Kendati baru dua bulan dibuka, Oemah Djari disebut Martin sudah mendapatkan respons positif dari pasar.
Di salah satu situs penjualan tiket daring, Martin mengungkapkan ratingnya mencapai 8,5.
Seorang penginap bernama Dwicahyo menambahkan, Oemah Djari cocok bagi dirinya dan keluarga lantaran suasananya lengang dan meski tanpa ornamen islami namun membuatnya nyaman.
"Masih baru juga, sejauh ini saya puas. Pemandangan sekitar juga serba hijau, bikin adem," ungkapnya.
12 kamar di penginaan tersebut terbagi atas tiga tipe, yakni superior, deluxe, dan family. Menurut Martin, ia memasang tarif permalam mulai Rp 199 ribu hingga Rp 279 ribu.
Harga yang disebutnya tidak mahal, mengingat fasilitas penginapan tersebut lumayan lengkap.
"Ada wifi juga, mengingat sekarang semua orang tidak bisa jauh dari internet," katanya.
Jumlah 12 kamar disebut Martin belum seberapa, dan sebab itulah ia enggan menyebut Oemah Djari sebagai sebuah hotel.
Meski sejauh ini respon pasar lumayan bagus, namun Martin mengaku masih ingin menunggu lagi, sampai mana konsepnya ini akan berjalan mulus.
"Saya sudah pernah dikunjungi penginap asal Palembang dan Lampung. Saya kira bisnis akan awet, apalagi sekarang cari informasi sudah lebih mudah, dan segmen penginapan syariah juga akan selalu ada," ucapnya optimistis. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.