Strategi Peningkatan Keterampilan SDM Penting untuk Songsong Indonesia Emas 2045
Saat ini, Indonesia telah mencapai status negara berpenghasilan menengah, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan penurunan signifikan dalam
Penulis: Reza Deni
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah cita-cita Indonesia menuju era emas pada 2045, kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keterampilan dan memenuhi kebutuhan pasar kerja menjadi sesuatu yang penting dilakukan.
Saat ini, Indonesia telah mencapai status negara berpenghasilan menengah, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan penurunan signifikan dalam angka kemiskinan ekstrem.
"Kita tidak punya banyak waktu, bonus demografi Indonesia diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030. Sesudah itu, rasio antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif akan terus menurun. Pada tahun 2041, diperkirakan jumlah penduduk usia non-produktif akan melampaui penduduk yang produktif," kata Direktur Eksekutif Prakerja, Denni Puspa Purbasari, dalam keterangan persnya, Senin (23/12/2024).
Menurut Denni, agar pertumbuhan kesejahteraan per kapita Indonesia terus naik, maka perlu ada kepastian penduduk usia produktif ini memiliki produktivitas (gaji/pendapatan) yang tinggi.
"Faktanya, dengan jumlah penduduk mencapai 280 juta jiwa dan 152 juta orang angkatan kerja pada 2024 ini, rata-rata upah buruh baru mencapai Rp3.267.618 per bulan, masih jauh dari standar upah yang menjadi syarat Indonesia untuk menjadi negara maju yaitu Rp10.000.000 per bulan atau 10.000 USD per tahun tahun," kata Denni.
Karena itulah, selama lima tahun berjalan, Denni menyebut Prakerja telah konsisten memanfaatkan peluang emas peningkatan kualitas SDM Indonesia.
"Hasil survei evaluasi yang dilakukan Prakerja di 2024 menunjukkan bahwa 92 persen peserta Prakerja menilai Program Kartu Prakerja dapat meningkatkan keterampilan mereka,” kata Denni.
Baca juga: Menteri Maman Hadapi Segunung Masalah UMKM, Dari Data Belum Terintegrasi Hingga SDM Rendah
Hal ini diperkuat oleh Studi DEFINIT-Asian Development Bank pada tahun 2023 yang menyebutkan Prakerja berdampak terhadap peningkatan keterampilan, kompetensi dan produktivitas sebesar 83 persen.
Menurut Studi, Svara Institute pda 2023, Denni mengatakan bahwa Prakerja juga berkontribusi pada peningkatan pendapatan penerima sebesar 15,6-17,6 persen lebih tinggi dibanding non-penerima, atau sebesar Rp234.000 sampai Rp264.000 per bulan secara rata-rata.
Menghadapi peluang masa depan, Prakerja melihat strategi pengembangan kualitas SDM Indonesia tidak bisa hanya menggunakan satu metode yang fit for all untuk peningkatan skill.
"Karena itu, sejak 2020, Prakerja fokus pada penyediaan skilling melalui Initial Vocational Education and Training (IVET), serta upskilling dan reskilling melalui Continuous Vocational Education and Training (CVET), dengan menawarkan jalur pembelajaran fleksibel yang sesuai dengan kebutuhan pembelajar. Strategi ini cocok dan patut untuk terus diimplementasikan di Indonesia," kata dia.
Denni menyebut Prakerja sebagai IVET berperan dalam menyediakan akses bagi individu yang baru lulus sekolah atau perguruan tinggi maupun bagi mereka yang belum memiliki pengalaman kerja.
"Pelatihan yang ditawarkan mencakup keterampilan yang bersifat fundamental seperti soft skills dan keterampilan teknis," kata dia.
Baca juga: Wapres Gibran Tegaskan Anak Muda Harus jadi Ujung Tombak Indonesia Emas 2045
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.