Kisah Nenek Sumilah, yang Terusir dari Rumah karena Merawat Bayi yang Dibuang
Keputusan Nenek Sumilah untuk merawat cicitnya yang hendak dibuang ibunya membuat warga internet haru.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA -Keputusan Nenek Sumilah untuk merawat cicitnya yang hendak dibuang ibunya membuat warga internet haru.
Lebih lagi ketika perempuan yang diusir keluarganya itu memutuskan menjual tiga jarit yang menjadi harta terakhirnya untuk membeli susu bayi yang kini berusia 3 bulan itu.
Sebelumnya, selama beberapa lama, bayi merah itu hanya diberi minum air dan teh.
Kita tahu sendiri, bagi perempuan Jawa, lebih-lebih yang sudah renta, jarit adalah harta yang sakral.
Mereka berharap, ketika meninggal kelak, bisa dikafani dengan kain tersebut.
Kini Nenek Sulimah untuk sementara ditampung di rumah Kompol Purwadi.
Kembali ke bayi yang bernama Dila Putri itu, cerita bermula ketika seorang ibu bernama Suprihatihan melahirkan bayi.
Nah karena malu, bayi itu hendak dibuang, tapi ketahuan oleh Nenek Sumilah. Daripada bayi itu dibuang, Nenek Sumilah pun memutuskan merawat bayi yang masih merah itu.
“Ini mau saya buang bayinya, enggak saya rawat, saya malu,” ujar Kapolsek Imogori, Kabupaten Bantul, DIY, Kompol Purwadi, seperti terekam dalam video yang diunggah oleh Brilio, mengulangi cerita 75 tahun itu.
Sialnya, alih-alih membantu, keluarga Nenek Sumilah justru menolak keberadaannya. Ia bahkan diusir oleh menantunya sendiri.
Selain itu, Nenek Sumilah pun mengaku bahwa tetangga-tetangga tempat ia tinggal tidak menyukainya.
“Kalau mati, katanya saya enggak usah diantarkan ke kuburan. Cuma orang kaya begitu,” aku Nenek Sumilah.
Karena itulah ia memutuskan pergi dari rumah anaknya.
Kenapa bisa sampai di rumah Kompol Purwadi?
Masih dari keterangan video tersebut, Nenek Sumilah berjalan membawa bayi dengan tentengan isinya kain, jarit, yang hendak dijualnya.
Nenek Sumilah kemudian berenti di sebuah warung. Di sana ia menawarkan jariknya kepada si pemilik warung.
Tapi si pemilik warung itu tidak berniat membelinya. Ia hanya bisa memberi nenek sebatang kara itu sebungkus nasi.
Ibu pemilik warung itu menghubungi Polsek terdekat. Tak lama kemudian, kepolisian langsung meluncur ke sana.
Lantaran kondisinya sangat lemah, badannya juga hangat, bayi itu langsung dibawa ke Puskesmas Imogiri 1. Di sana Dila diperiksa dan diketahui ia memang kekurangan gizi.
Bagaimana tidak kekurangan gizi, “Sejak lahir minumnya (hanya) air putih sama teh,” lanjur Kompol Purwadi.
Saat ini Polsek Imogiri masih mengupayakan membujuk ibu si bayi untuk membuka hatinya supaya mau menerima bayinya.
Jika tetap tidak mau, Dila rencananya akan dititipkan di Yayasan Bumi Damai di Bantul, Yogyakarta. (*)