Ratusan Demit Muncul di Lukisan Almarhum Citro Waluyo
Penasaran dengan bentuk makhluk astral atau jin, setan dan sebangsanya? Silakan datang ke Bentara Budaya Yogyakarta.
Editor: Sugiyarto
Zaman memang sudah berubah, bahan-bahan cat tradisi sudah jarang dijumpai lagi.
Pada pameran ini, juga ditampilkan gambar Umbul Setan Setanan yang sudah digambar ulang dari aslinya karena ukurannya yang kecil, jumlahnya cukup banyak, sekitar 100 gambar.
Bentuk setan-setanan ini tentu saja berasal dari imajinasi tukang gambar umbul masa lalu yang dibuat sekitar tahun 1940 an di masa zaman Belanda dan dicetak oleh percetakan Populair Solo.
Gambar umbul ini adalah koleksi dari Ibnu Wibi, Yogyakarta.
Soal tema pameran, Hermanu menjelaskan, bahwa berlatarbelakang manusia hidup di dunia ini sejatinya memang tidak sendirian, di balik alam nyata yang kita jalani ini sekaligus ada alam gaib atau alam maya yang didiami oleh jin, setan, dan makhluk halus lainnya yang jumlahnya sangat banyak.
Manusia sejak zaman purba sampai sekarang mempercayai keberadaan mereka, bahkan dalam agama-agama Samawi keberadaan mereka juga dibenarkan.
Dalam epos Mahabarata diceritakan tentang sosok Batari Durga yang menguasai dunia maya dan bertahta di Setragandamayit, yaitu tempat para jin dan setan bermukim, jumlahnya sangat banyak.
"Menurut catatan kami, setan-setanan ini jumlahnya tidak kurang dari 100 jenis, mereka beranak pinak. Nah, warga Setragandamayit inilah dalam pewayangan disebut dengan Baju Barat,artinya pasukannya Batari Durga," terang Hermanu.
Selain lukisan, ada beberapa karya tradisional lama yang merupakan patung tiga dimensi yang dapat membawa kita ke dimensi lain, yaitu alam gaib.
Patung-patung ini adalah alat untuk mendatangkan arwah yang gentayangan, seperti dalam permainan jailangkung, nini thowok, dan lain sebagainya.
Benda-benda ini merupakan koleksi Subiyanto dari Klaten.
"Untuk memberikan gambaran tentang alam gaib ini, bukan hanya karya-karya lama dan patung kuno saja kami tampilkan, perupa-perupa modern juga kami libatkan dalam pameran ini agar nuansa pamerannya lebih segar dan tidak seram."
"Perupa-perupa yang mendukung pameran ini antara lain, Bambang Herras, Edi Priyanto, Hermanu, Irwanto Lentho, Kliwon, Lindu Prasekti, Nasirun, Pramono Pinunggul. Samuel Indratma, dan Tina Wahyuningsih," imbuh Hermanu.