Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Nenek Enur yang Tinggal di Gudang PT KAI Bersama Cucu

Seorang janda tua warga Kota Cimahi yang bernama Enur Romlah (65) tidak bisa menikmati sisa hidupnya secara layak

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Nenek Enur yang Tinggal di Gudang PT KAI Bersama Cucu
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
Enur Romlah dan cucunya Muhammad Sopian Waldiansyah di gudang milik KAI. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNNEWS.COM, CIMAHI - Seorang janda tua warga Kota Cimahi yang bernama Enur Romlah (65) tidak bisa menikmati sisa hidupnya secara layak seperti lansia-lansia pada umumnya.

Pasalnya, ia harus tinggal bersama cucu kesayangannya, Muhammad Sopian Waldiansyah (11), di gudang bekas penyimpanan bantalan rel milik PT KAI di Jalan Dustira, RT 02/20, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.

Ketika ditemui Tribun Jabar, Minggu (18/2/2018), Enur bersama cucunya itu sedang tidur di bekas gudang itu dengan hanya beralaskan kasur tipis dan lusuh.

Selain itu, bantal dan selimutnya pun semuanya terlihat sudah lusuh dan memang sudah tak layak untuk digunakan.

Baca: Pernikahan Anak Bos Batubara Bak Dongeng Cinderella, Dari Mobil Roll Royce Hingga Via Vallen

Gudang berwarna cat pink yang bagian dindingnya tampak sudah kotor itu berukuran sekira 3 X 8 meter dan berbentuk persegi panjang.

Berita Rekomendasi

Sejak tahun 2014, Enur dan cucunya harus menempati gudang yang berada di gang sempit itu, tepatnya di samping Stasiun Cimahi.

Di gudang itu, Enur menceritakan kisah hidupnya yang terpaksa harus tinggal di tempat bekas penyimpanan bantalan rel tersebut.

"Saya merupakan warga pendatang di Kota Cimahi. Sebenarnya saya warga asli Kiaracondong, Kota Bandung," ujar Enur Romlah saat ditemui Tribun Jabar di kediamannya, Minggu (18/2/2018).

Ia mengatakan, sekitar tahun 1993 pindah ke Kota Cimahi mengikuti sang suami untuk berjualan di kawasan Stasiun Cimahi atau di tempat yang tak jauh dari gudang yang ditempatinya saat ini.

Kemudian, karena keterbatasan ekonomi, ia dan suaminya itu membangun rumah semi permanen di lahan milik PT KAI.

Namun sejak sembilan tahun yang lalu suaminya meninggal dan ia harus tinggal seorang diri.

Kesedihannya pun bertambah setelah rumah semi permanen itu dibongkar pada tahun 2014.

"Dulu di lahan milik KAI, saya membangun saung tapi akhirnya dibongkar," katanya.

Atas hal itu, ia pun tak bisa berbuat banyak, karena ia menyadari lahan yang dipakai membangun rumah semi permanen itu memang bukan miliknya.

"Tapi saya disuruh menempati gudang bekas penyimpanan bantalan rel ini oleh KAI dan hingga saat ini saya tinggal di sini bersama cucu saya," ujarnya.

Bahkan hingga saat ini ia harus mengurus cucunya itu yang sekolah di SD Negeri Mandiri V kelas IV karena kedua orang tuanya telah bercerai.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas