Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terdengar Suara Suara Gong dari dalam Gunung Agung

Beberapa jam setelah erupsi, bau belerang menyengat ke hidung sehingga masyarakat terpaksa memakai masker

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Terdengar Suara Suara Gong dari dalam Gunung Agung
PVMBG/Magma Indonesia
Kondisi Gunung Agung, Rabu (7/2/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Warga sekitar lereng Gunung Agung kaget mendengar bunyi letusan, Minggu (11/3/2018) pukul 23.32 wita.

Letusan yang kedua sejak status diturunkaan menjadi siaga (level III), dibarengi dengan bunyi gemuruh dan gempa kecil.

Senin (12/3/2018), Kadek Jawi (48) warga Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem mengatakan, erupsi semalam memang agak kecil daripada sebelumnya.

Suara erupsi semalam seperti gong yang dipukul namun warga di sekitar tak panik dengan erupsi.

"Warga cuma kaget, nggak ada yang panik. Beberapa jam setelah erupsi warga kembali istirahat ke kamar. Tak ada yang sampai mengungsi," kata Jawi saat ditemui di Pasar Bebandem, Kecamatan Bebandem.

Menurut Kepala Sub Mitigas Gunung Berapi, PVMBG, I Gede Suantika mengungkapkan, erupsi semalam lebih kecil dari sebelumnya.

Letusan sampai pada ketinggian 800 meter dari puncak Gunung, amplitudo 20 mm, dengan durasi 164 detik.

Berita Rekomendasi

Warna asap putih kelabu, mengarah ke timur, Kecamatan Kubu serta Abang.

Sebarannya tidak sampai ke pemukiman, hanya di puncak dan lereng gunung.

Secara visual asap di kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih kelabu. Intensitas sedang.

Pria asli Singaraja menambahkan, letusan semalam menandakan bahwa aliran magma ke kawah masih ada.

Cuma, volumenya lebih sedikit dibanding sebelumnya.

Kegempaan juga masih terekam tiap hari. Jumlahnya kecil, tak seintens dulu.

"Volume lava dipermukaan kawah masih sepertiga, belum ada penambahan signifikan. Asap putih tetap keluar, itu menandakan masih ada aktivitas di dalam gunung. Deformasi mengalami penurunan," tambah Gede Suantika kepada Tribun Bali.

Ditambahkan, potensi terjadi letusan masih ada walau status dan aktivitas gunung menurun.

Cuma, daya letusan kecil.

Dampaknya sekitar radius 4 kilometer dari puncak Gunung Agung.

Sekitar puncak serta lereng, tak sampai pemukiman.

Menurut data Magma VAR, sebelum erupsi terjadi Tremor Harmonik 2 kali.

Amplitudonya 3 mm, dan Durasi sekitar 85 - 90 detik.

Vulkanik Dangkal 2 kali, Amplitudo 3 - 5 mm, dan Durasi 15 - 20 detik. Vulkanik Dalam 1 kali, Amplitudo 4 mm, Durasi 18 dtik.

Status Gunung Agung masih Level III (Siaga) radius 4 kilo.

Masyarakat sekitar gunung, pendaki, pengunjung, wisatawan agar tidak berada, dan melakukan pendakian, atau aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya radius 4 kilometer dari Kawah.

Warga Hanya Mencium Bau Belerang

Sekretaris Pasebaya Gunung Agung, I Wayan Suara Arsana mengaku, warga mencium belerang setelah erupsi semalam.

Kondisi itu dialami warga Nawakerti, Kecamatan Abang.

Bau belerang tercium sangat keras dan menyengat hidung.

"Memang hujan abu nggak ada sama sekali. Cuma beberapa warga dilereng Gunung mencium bau belereng. Mungkin bau dari atas Gunung Agung," kata Wayan Suara Arsana saat dihubungi Tribun Bali.

Perbekel Nawakerti, Wayan Putu mengatakan, bau beelerang mulai tercium sejak pukul 01.00 wita.

Beberapa jam setelah erupsi, bau belerang menyengat ke hidung sehingga masyarakat terpaksa memakai  masker lantaran tak kuat dengan bau belerang.

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas