Kisah Hidup Mahasiswa Tunarungu, Mulai Gagal dapat SIM hingga Ditilang Polisi
Di balik fisiknya yang terlihat normal, Arif Setiawan merupakan penderita keterbatasan pendengaran atau yang lebih akrab disebut tuli.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Di balik fisiknya yang terlihat normal, Arif Setiawan merupakan penderita keterbatasan pendengaran atau yang lebih akrab disebut tuli.
Mahasiswa yang sudah mengalami gangguan pendengaran sejak kecil ini menggunakan sepeda motor untuk aktifitas sehari-harinya, seperti berangkat ke kampus dan sebagainya.
Arif membagikan beberapa kisahnya kepada Tribunjogja.com Senin (19/3/2018), di Kantor Tribun Jogja, tentang pengalamannya sebagai seorang tuli yang setiap harinya harus melakukan aktifitasnya.
Diakui Arif bahwa dirinya bahkan harus mengulangi tes sebanyak 10 kali hingga akhirnya mendapatkan surat ijin mengemudi.
"Dulu selalu gagal karena keterbatasan saat melakukan tes, tapi ujian SIMnya juga sama dengan orang yang normal sebenarnya," terang Arif menggunakan bahasa isyarat.
Selama ini yang menjadi kendala bagi Arif dan teman-teman tuli lainya saat mengendarai kendaraan di jalan raya adalah mereka tidak mampu mendengar klakson maupun suara kendaraan yang berada di sekitarnya.
Hal itulah yang membuat arif dan penyandang tuli lainya harus ekstra hati-hati ketika membawa kendaraannya di jalan raya, mengingat tidak semua orang di jalan tahu bahwa dirinya memiliki keterbatasan pendengaran.
"Kalau sekarang sudah biasa, paling hanya dengan melihat kaca spion sudah bisa tahu kalau misalnya kendaraan tersebut mau menyalip, maka saya agak minggir, kadang saya juga memakai alat bantu dengar juga," lanjutnya.
Tidak hanya itu, Arif juga mendapatkan kendala ketika harus berkomunikasi dengan orang lain di jalan raya, karena sehari-harinya dia menggunakan bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi.
Pernah suatu ketika dirinya dicegat oleh polisi lalu lintas yang sedang bertugas saat mengendarai motornya, tak ayal petugas polisi tersebut menjadi kerepotan berkomunikasi dengan Arif saat hendak menilang.
Dengan berusaha semaksimal mungkin Arif berbicara dan memberikan bahasa tubuh kepada petugas polisi tersebut, dan setelah melalui diskusi yang cukup panjang akhirnya Arif diperkenankan untuk pergi oleh petugas polisi tersebut.
"Cukup lama waktu saya diberhentikan, polisi yang mencegat saya itu berdiskusi dengan polisi lainnya, tapi akhirnya saya dipersilahkan pergi," kenang Arif. (tribunjogja)