Komplotan Driver Online Bobol Grab Rp 6 Miliar, Hackernya Belajar Secara Otodidak
Sindikat ini memanipulasi aplikasi pemesanan untuk memperoleh keuntungan lewat praktik ilegal di wilayah Jawa Tengah.
Editor: Hendra Gunawan

Menurut Teddy, tersangka Tomy diketahui membuat aplikasi yang mampu menjebol sistem operasi Grab dan memanipulasi pantauan sistem dalam aplikasi tersebut.
Para tersangka diketahui bukan asli orang Pemalang dan dua di antaranya berasal dari Jakarta.
"Mereka berasal dari luar kota sengaja datang ke Pemalang dan memakai illegal acces itu. Biasanya para ghost driver ini memilih orderan jarak pendek. Bahkan dengan fake GPS, mereka hanya perlu berdiam di tempat," ungkap Teddy.
Adapun pengungkapan tersebut berawal dari informasi yang dilaporkan pihak Grab kepada polisi.
Laporan itu masuk ke Ditreskrimsus Polda Jateng maupun Polres Pemalang. Informasi tersebut kemudian didalami dan berhasil mengungkap delapan tersangka.
Sejumlah barang bukti disita yakni, 213 handphone yang digunakan para tersangka, sejumlah perangkat elektronik lain, termasuk memory card dam sejumlah CPU dan laptop.
Dari hasil pemeriksaan sementara, ternyata Tomy pernah beraksi juga sebagai hacker sebelum di Semarang.
Lebih dulu Tomy melakukan praktik serupa di Yogyakarta. Praktik yang dilakukan oleh Tomy diperoleh secara otodidak.
Teddy mengungkapkan, pihaknya masih mengembangkan kasus tersebut karena dimungkinkan masih banyak pihak yang melakukan praktik serupa, terutama driver.
"Pengakuan hacker belajar secara otodidak untuk menerobos sistem Grab. Kalau kerugian pihak Grab akibat illegal acces tersebut mencapai Rp 6 miliar," lanjutnya.
Lebih lanjut, total kerugian itu didapat pihak Grab selama enam bulan untuk wilayah Jawa Tengah saja.
"Kerugian tersebut berdasarkan deposit yang harus dibayarkan pihak Grab kepada driver," paparnya.
Meski dipelajari secara otodidak, praktik menerobos sistem Grab tersebut juga dilakukan atas dorongan seorang temannya yang kini menjadi tersangka juga.
"Karena mayoritas driver pakai fake GPS untuk mengakali banyaknya driver. Fake GPS biasanya untuk menghindari kemacetan. Dari pengakuan Tomy, paling mudah itu meretas sistem GPS lewat android yang lollipop," jelas Teddy lagi. (Tribunjateng/cetak/Gum/hei)