Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Hidup Mbah Kasih yang Bersusah Payah Ingin Berterimakasih kepada Orang-orang yag Menolongnya

Pengendara yang menabrak bertanggung jawab, namun setelah itu putus kontak, padahal dia harus mencari nafkah untuk bertahan hidup.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Hidup Mbah Kasih yang Bersusah Payah Ingin Berterimakasih kepada Orang-orang yag Menolongnya
Tribun Jogja/ Iwan Al Khasni
Mbah Pasih datang ke Kantor Tribun Jogja diantar menggunakan becak, Kamis (22/3/2018). Dia ingin mengucapkan terima kasih kepada orang orang baik yang sudah membantunya. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Sehari sebelum tahun berganti ke 2018, Mbah Pasih (73) yang keseharian mencari nafkah sebagai pencari barang bekas tertabrak pengendara motor di Jalan Doktor Wahidin Sudirohusodo, Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta.

Pengendara yang menabrak bertanggung jawab, namun setelah itu putus kontak, padahal dia harus mencari nafkah untuk bertahan hidup.

Bagaimana Mbah Pasih bertahan hidup?

Dengan menahan haru, nenek asal Pokok, Ceper, Klaten ini coba mengulang kisahnya ditolong orang-orang baik yang semula tak dikenalnya di seputaran kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Saking banyaknya pertolongan yang dia terima, Mbah Pasih tak tahu lagi bagaimana cara membalas budi kepada orang-orang yang memberi pertolongan selama bertahan hidup di Yogyakarta.

Niat dihatinya saat ini cuma satu, mengucapkan terima kasih kepada orang-orang baik yang sudah membantunya, mumpung masih ada kesempatan.

Jika itu belum dilakukan, rasanya ada yang tidak 'enak' dihatinya jika nanti Mbah Pasih pulang.

Berita Rekomendasi

Membalas dengan uang tentu tak mungkin dilakukan, membalas dengan memberi makanan juga tidak, padahal bantuan yang dia terima lebih dari cukup menurutnya.

Menimbang masukan dari sejumlah orang, dia memilih datang ke Tribun Jogja menceritakan kisahnya agar dituliskan, sekaligus cara berterima kasih dan siapa tahu menginspirasi orang untuk berbuat kebaikan.

Mulai terapi patah tulang, makanan, uang, ponsel hingga kamar kos di Jalan Letkol Subadri, Utara Fly Over Lempuyangan yang selama ini masih dibayar oleh orang orang yang menolongnya.

"Anak-anak yang menolong itu baik-baik, saya kaget dulu cuma punya uang Rp50 ribu sekarang tiba-tiba punya uang banyak. Coba dibayangkan bagaimana saya harus membalas kepada mereka,"katanya terbata-bata.

Pernah satu kali Mbah Pasih coba beri uang seadanya kepada mereka yang menolongnya, namun ditolak mentah-mentah.

"Katanya gini, 'duit simbah mboten payu' (uang simbah tak laku-red),"ujarnya mengulang kalimat perbincangan.

Ada beberapa nama yang Mbah Pasih sebut saat bertemu Tribunjogja, Kamis (22/3/2018).

"Mas Yoko, Mbak Rahmi, Mas Maulana, dan pak dosen, namung kulo mboten erto namine (tapi saya tak tahu namanya), juga pak satpam yang dahulu mengizinkan 'ngemper' di UNY,"katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas