Duka Anak TKI yang Dihukum Pancung: Edo Hanya Tahu Wajah Ibundanya Lewat Foto di Dinding
Pada pertengahan April 2015 Siti Zainab menerima eksekusi hukuman pancung karena dituduh membunuh majikannya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANGKALAN - Kematian Muchammad Zaini Misrin, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura yang dihukum pancung di Arab Saudi beberapa waktu lalu, meninggalkan trauma bagi keluarganya.
Trauma ini juga mendera keluarga TKI lainnya yang menerima hukuman serupa di luar negeri.
Sebelumnya, eksekusi hukuman pancung juga menimpa Siti Zainab, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Desa Mertajasah, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan.
Baca: Mujiono Syok Sekaligus Malu Sekardus Uang yang Dibawa ke Bank Ternyata Palsu, Ngaku Korban Penipuan
Baca: Ali, Sosok Misterius yang Beri Uang Rp 4,5 Miliar ke Mujiono yang Tak Pernah Pakai HP
Hukuman mati itu hingga kini masih menyisakan duka mendalam bagi keluarganya.
Seperti almarhum M Zaini, sosok Zainab juga dianggap sebagai pahlawan keluarga. Mereka bekerja di luar negeri memang untuk menghidupi keluarganya.
Pada pertengahan April 2015 Siti Zainab menerima eksekusi hukuman pancung karena dituduh membunuh majikannya.
“Waktu itu mamak sempat cerita di telpon kalau mamak tidak pernah melakukan pembunuhan,” kata Moh Syaifuidin, anak pertama Siti Zainab, pekan lalu.
Pria yang kini bekerja membantu kakak sepupunya berjualan sate di wisata religi Masjid Syaichona Cholil Bangkalan ini bercerita, saat itu ibunya tiba-tiba dijambak rambutnya dari belakang dan dicekik lehernya.
Ibunya pun membela diri dengan mengambil apa saja yang ada didekatnya.
“Ada pisau di dekatnya dan ditusukkan ke penyerangnya itu,” cerita Syaifudin.
Dari sinilah kasus dugaan pembunuhan itu muncul dan Siti Zainab menjalani persidangan sejak 1999.
Tahun 2014 ada pengumuman Siti Zainab akan ada eksekusi hukaman pancung, tapi pihak keluarga sangat minim mendapat informasi.
Pada pertengahan April 2015, ada kabar dari media massa jika eksekusi sudah dilakukan.
“Kami keluarga sangat menyesalkan kenapa kok tidak ada pemberitahuan eksekusi itu sebelumnya,” sambung Tri Cahyono Abdullah, kerabat Siti Zainab.
Padahal, kata Tri Cahyono, perginya Siti Zainab ke Arab Saudi untuk bekerja dan membahagiakan keluarganya.
Zainab sudah menabung membeli kayu dan batu bata, yang rencananya untuk membangun rumah. Tapi sebelum impian itu diwujudkan, Zainab tersandung kasus dan berakhir dengan hukuman pancung.
Seminggu setelah eksekusi mati, Syaifudin dan dua kerabatnya bertakziah ke kuburan Siti Zainab yang ada di Madinah.
Anak kedua Zainab, Ali Ridho bahkan sama sekali belum melihat wajah ibunya. Edo, panggilan Ali Ridho saat itu masih berusia sekitar 1 tahun.
“Waktu mengandung dan melahirkan ada di sini (Madura), setelah itu pergi ke Arab Saudi. Jadi sampai sekarang Ali Ridho belum pernah melihat ibunya,” papar Tri Cahyono.
Hanya beberapa pasang foto Siti Zainab yang ada di dalam pigura dan menempel di tembok ruang tengah rumahnya yang membuat Ali tahu wajah ibunya.
Kenangan lainnya yang masih tersimpan rapi adalah tas koper dan mushaf Al Quran milik ibunya yang saat itu bisa dibawa pulang ke Indonesia.
Baik Syaifudin maupun Ali keduanya tidak ada keinginan untuk bekerja di Arab Saudi.
“Kalau bekerja di Arab atau Malaysia tidaklah, takut aturannya sangat keras,” kata Saifudin. Tapi kalau dinegara lain seperti di Qatar, Dubai ia masih mempertimbangkan.
Tahun lalu Ali sempat bekerja di Kantor UPT-P3TKI Surabaya, namun ia tidak kerasan bekerja di sana dan akhirnya keluar.
“Jauh dari saudara nggak kerasan,” kata Ali yang bekerja sebagai tenaga sekuriti.
Ia berharap kakaknya Syaifudin bisa menggantikan ia bekerja di kantor itu. “Kalau boleh biar kakak saya yang melanjutkan, kalau saya ingin kerja di dekat sini saja,” tukasnya.
Di keluarga Siti Zainab, juga ada kerabat lainnya yang juga bekerja di Arab Saudi.
Setidaknya, kata Tri Cahyono ada sekitar enam orang di kampung Mertajasah yang bekerja di Arab. Tiga di antaranya adalah masih kerabatnya.
Hanya saja mereka semua ini juga sudah tidak ada kabar lagi. “Hilang gak ada kabarnya, mudah-mudahan semuanya sehat dan bisa berkirim kabar,” harapnya. (Aflahul Abidin)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Cerita Pilu Keluarga TKI yang Dipancung di Arab Saudi - Ali Ridho Belum Pernah Melihat Wajah Ibunya,
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.