Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pensiunan 'Menghutankan' 27 Hektar Lahan di Puncak

Bersama dengan keluarganya, Bambang mulai merintis menghijaukan tanah-tanah kritis rawan longsor di Megamendung sejak 2001 yang lalu.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Pensiunan 'Menghutankan' 27 Hektar Lahan di Puncak
Istimewa
Hutan organik Megamendung yang diprakarsai oleh Bambang Istiawan 

TRIBUNNEWS.COM -- Kisahnya beda dengan para pengusaha yang membuat vila-vila di kawasan Puncak, Bogor, yang berakibat banyaknya tanah longsor dan 'membantu' banjir di Jakarta, Bambang Istiawan (64) justru selama belasan tahun berusaha menghijaukan lahan-lahan kritis di daerah tersebut.

Bersama dengan keluarganya, Bambang mulai merintis menghijaukan tanah-tanah kritis rawan longsor di Megamendung sejak 2001 yang lalu.

Hingga saat ini, Bambang yang dibantu oleh sang istri Rosita dan Yuhan Subrata telah mengembalikan lahan tandus seluas 27 hektar menjadi hutan dengan 120 jenis pohon keras serta buah-buahan. Mereka pun Menamakannya sebagai hutan organik.

"Bisa dibilang hutan ini sama dengan kondisi 50 tahun yang lalu," ujar Bambang kepada Tribunnews.com, belum lama ini.

Lantas bagaimana bisa, mantan pekerja gas dan minyak di sejumlah perusahaan ini tiba-tiba 'nekat' berinisiatif menghijaukan lahan kering kerontang tanpa dibantu oleh pihak mana pun.

Ia pun bercerita, awalnya Bambang ingin menghabiskan masa tuanya dipinggir hutan. Lelaki asal Badak, Kaltim itu mengatakan, di daerah asalnya sudah tidak mungkin bisa dihijaukan.

Maka berdasar masukan dari sang istri yang berasal dari Bogor, mereka membeli lahan kritis seluas 12 hektar di sekitar Megamendung yang ditanami sejumlah pohon pada 2001.

Berita Rekomendasi

Tak puas dengan luas yang telah mereka hijaukan, pada 2005 mereka kembali membebaskan 15 hektar, hingga genap menjadi 27 hektar. Tanah itu ditanami pohon-pohon asal Indonesia dan mancanegara.

Tak lupa ia juga melestarikan tanaman endemik dari Jawa Barat seperti rasamala, pohon puspa, tapi juga mendatangkan pohon dari luar jawa seperti kayu ulin, ebony dan lain-lainnya.

Di sejumlah tanah yang memiliki kemiringan hingga 80 derajat, kata Rosita, telah ditanami tanaman panii. Meski tanaman itu sejenis perdu dan sereh, jelasnya, tetapi akar panii mampu mencapai hingga 8 meter, sehingga sangat efektif menahan longsor. Boleh dibilang, hutan yang ada itu saat ini tahan longsor.

Selain usaha menghijaukan, Bambang juga membentuk kelompok tani 'Hutan Organik' yang tujuannya untuk menyadarkan warga sekitar dan mempertahankan lahan hijau mereka.

Bambang juga terbuka bagi pihak lain yang ingin bekerjasama dengan sejumlah pihak, baik lembaga maupun para pelajar yang ingin melakukan penelitian. Bahkan kini disediakan lokasi untuk berekreasi di hutan.


"Kami juga terbuka bagi pihak-pihak yang ingin berusaha agar di wilayah Puncak terhindar dari longsor dan banjir," jelasnya.

Kini, 17 tahun setelah usaha tersebut dirintis, semuanya telah hijau. Dalam survei LSM Keanekaragaman Hayati, jelasnya, di dalam hutan tersebut telah ditemukan sebanyak 16 jenis burung dan 17 jenis capung. "Dua jenis capung sebelumnya tidak ditemukan di daerah ini, jadi mungkin spesies baru di sini," jelasnya.

Dari usaha keras tersebut, Bambang juga mendapatkan apresiasi dari BNI.

Bambang istiawan menerima bantuan dari bni

Bank BUMN tersebut belum lama ini memberikan bantuan kepada Bambang untuk mengembangkan lahan hijaunya.

Bantuan BNI sebesar Rp 400 juta, jelasnya, akan dimanfaatkan untuk kepentingan menghijaukan lingkungan di sekitar Puncak, agar hutan di daerah itu tetap lestari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas