Inovasi Pemuda Desa Wedoro Waru yang Menginspirasi, Sulap Lahan Kumuh Jadi Arena Bermain
Zefara terlihat asyik bermain sepeda bersama beberapa temannya. Bocah enam tahun ini terlihat lincah melaju ke sana kemari dengan sepeda kecilnya
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Zefara terlihat asyik bermain sepeda bersama beberapa temannya.
Bocah enam tahun ini terlihat lincah melaju ke sana kemari dengan sepeda kecilnya di area bermain baru di Jalan Toleran, Desa Wedoro, Kecamatan Waru, Sidoarjo, Selasa (8/5/2018).
Capek bersepeda, sejumlah anak di kampung tersebut kemudian berganti main kejar-kejaran.
Mereka begitu riang berlarian ke sana kemari sambil melompat atau merayap melewati ban-ban bekas yang ditata sedemikian rupa.
Anak-anak lain terlihat asyik bermain ayunan dan sebagainya. "Saya suka prusutan saja," ujar Dado, anak tujuh tahun di sela asik bermain bersama rekan-rekannya.
Sedangkan Fitri, bocah perempuan yang seusia Dado begitu senang bersepeda bolak-balik di bawah payung warna-warni yang dijejer di atas area bermain memiliki luas sekitar 200 meter persegi itu.
Lahan ini dulunya merupakan area kosong yang tak terpakai. Air menggenang di sana ketika musim hujan, dan lahan terlihat gersang ketika kemarau tiba.
Sampai beberapa waktu lalu, sejumlah pemuda desa setempat berinisiatif untuk memanfaatkan lahan tersebut menjadi arena bermain anak-anak.
"Setelah dapat izin dari kepala desa, saya dan teman-teman mulai mengumpulkan materinya. Termasuk paving bekas, ban bekas, payung dan sebagainya," ungkap Deyisinil Fariadi, salah satu warga yang menggagas tempat bermain itu.
Paving yang terpasang di area itu merupakan paving bekas jalan. Karena jalannya diperbaiki dengan paving baru pada akhir tahun lalu, paving bekasnya kemudian dikumpukkan dan diangkut oleh warga untuk dipasang di tempat ini.
"Ban bekas kami kumpulkan dari warga. Ban-ban yang sudah tidak terpakai kami kumpulkan dan kami pasang di lokasi tersebut," lanjut Deyis.
Agar lebih menarik, pihaknya bersama warga kemudian membeli selusin payung sebagai hiasan.
Dan ternyata, banyak masyarkat turut berpartisipasi dengan menyumbang payung untuk mempercantik area bermain yang dinamai Kampung Payung Ramah Anak tersebut.
"Dari situ kemudian muncul kreatifitas teman-teman. Ban-ban itu dicat dan diberi gambar-gambar yang menarik untuk anak-anak."
"Demikian halnya beberapa tembok dan dinding bambu yang ada di sekitar area, juga dicat warna-warni plus digambari beraneka ragam lukisan," urai dia.
Disebutnya, semua itu dilakukan dengan swadaya masyarakat. "Termasuk keberadaan tanaman toga di area itu, juga berkat swadaya masyarakat," lanjut dia.
Pihaknya bersama warga setempat mengaku sengaja membuat area bermain ini untuk mengembalikan kebiasaan anak-anak bermain secara tradisional.
Agar tidak terlalu terbawa arus permainan-permainan modern seperti gadget dan sebagainya.
Demikian halnya keberadaan toga di sana, juga dimaksudkan untuk mengedukasi anak-anak di sela keasikan mereka bermain di tempat itu.
"Dan kami juga akan berusaha terus mengembangkan tempat ini supaya benar-benar disukai anak-anak. Supaya mereka betah bermain dengan permainan-permainan tradisional," harap dia.
Hingga sekarang, proses perbaikan-perbaikan terhadap area bermain itu terus dilakukan. Direncanakan, tempat ini bakal dikelankan ke masyarakat secara umum pada 12 Mei 2018 mendatang.
Targetnya, dikenal oleh warga sekitar dan dimanfaatkan untuk area bermain anak-anak di sana. Untuk bermain di tempat ini semua anak tidak dipungut biaya alias gratis.