Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ali Fauzi Sebut yang Jadi Pemicu Insiden Mako Brimob adalah Kesalahpahaman

Ali memahami mereka para napiter ini tipikal sumbu pendek yang mendapat informasi langsung direspon tanpa dilakukan proses check and recheck

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Ali Fauzi Sebut yang Jadi Pemicu Insiden Mako Brimob adalah Kesalahpahaman
Surya/hanif manshuri
Ali Fauzi (kiri) mantan kombatan dan pentolan JI bersama Ahmad Azhar Basyir mantan napiter 8 tahun, warga Karanggeneng yang baru sepekan bebas, Sabtu (12/5/2018) 

Laporan Wartawan Surya Hanif Manshuri


TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN -
Insiden Mako Brimob antara polisi dengan para narapidana teroris (napiter) semata dipicu ketidakpahaman para napi terkait standar operasi prosedur (SOP) yang harus dilakukan aparat, termasuk kepolisian.

"Kerusuhan di Mako Brimob harus tahu faktor-faktor yang memicu," ungkap Ali Fauzi, mantan kombantan, instruktur perakit bom dan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) saat ditemui Surya, Sabtu (12/5).

Kabarnya hanya soal makanan, namun menurut Ali Fauzi tidak seremeh ini.

Informasi yang didapatkan adik trio bomber Bali ini,  ada informasi dari dalam yakni adanya berita yang menguap bahwa ada akhwat atau saudara napiter yang disekap.

"Menurut istilah saya, bukan disekap tapi diamankan," sambungnya.

Ali memahami mereka para napiter ini tipikal sumbu pendek.

Berita Rekomendasi

Begitu mendapat informasi langsung direspon tanpa dilakukan proses check and recheck.

Baca: Sidang Tuntutan Terdakwa Teror Bom Thamrin Ditunda

Tentu ini sesuatu yang kurang baik dan cukup disayangkan hingga meletus kerusuhan dan akhirnya memakan korbaan anggota polisi dan napiter.

Ali menyebut kelompok teroris yang muncul 2010-2018 ini tidak pernah ikut konflik seperti di Ambon dan Poso.

Kelompok ini muncul pasca Jamaah Islamiyah (JI) off tidak melakukan aksi.

Napiter ini kemudian meneruskan aksi-aksi sporadis yang diawali pelatihan militer di pegunungan di Jantu Aceh pada 2011 dan beberapa di antara mereka yang masuk bidikan polri.

Mereka ini yang masih patuh dengan sosok Aman Abdurrahman yang sudah dua kali masuk penjara dan sekarang sedang menjalani proses hukum lagi terkait penyerangan di jalan Tamrin Jakarta.

Ali Fauzi mengungkapkan kemampuan para teroris 2010-2018 dalam perakitan bom bersekala besar masih diragukan.

Bom yang mereka buat dan diledakkan, bombnya kecil-kecil dengan ukuran 2-3 kg.

"Belum ada bom yang menyamai bom Bali 1, Meriot 1 dan 2. Bom Kedubes Austalia dan Filipina," ungkapnya.

Kelompok ini, lanjut Ali, belum pernah terlatih di luar negeri.

"Jadi pelatihannya hanya skala kecil. Mereka hanya mendapat kursus singkat yang kemudian mereka coba-coba," katanya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas