Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Tangan Supardi Enceng Gondok Jadi Produk Kerajinan Bernilai Tinggi, Bu Risma Pesen 7.000 Item

Wiwit Manfaati dan Supardi ubah eceng gondok menjadi produk layak jual. Saat ini mereka telah memiliki 90 macam item produk eceng gondok

Editor: Sugiyarto
zoom-in Di Tangan Supardi Enceng Gondok Jadi Produk Kerajinan Bernilai Tinggi, Bu Risma Pesen 7.000 Item
surya/danendra kusumawardana
Supardi memamerkan produk eceng gondoknya di Perumahan Kebraon Indah Permah blok C-46 kel. Kebraon kec Karangpilang, Senin (21/5/2018) 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA  - Wiwit Manfaati dan Supardi ubah eceng gondok menjadi produk layak jual.

Saat ini mereka telah memiliki 90 macam item produk  eceng gondok di antaranya, tas, sandal, tudung  saji, kursi, meja, penyekat ruangan, dan vas bunga.

"Kami memulai membuat kerajinan eceng gondok pada tahun 2007," ujar Supardi, Senin (21/5/2018).

Ia menceritakan, ilmu membuat kerajinan eceng gondok didapatkan istrinya dari pelatihan oleh persatuan istri-istri purnawirawan POLRI dan ABRI Jawa Timur. Pelatihan tersebut diadakan di Kelurahan Kebraon.

"Pelatihan itu diperuntukan bagi gakin. Pada waktu itu kuota gakin kurang akhirnya para kader lingkungan juga ikut, termasuk istri saya," katanya.

Supardi melanjutkan, dari 30 peserta pelatihan, hanya Wiwit yang masih bertahan membuat kerajinan eceng gondok.

"Istri saya itu orangnya ulet, tekun, dan keinginan belajarnya tinggi," katanya.

Berita Rekomendasi

Wiwit terus belajar membuat kerajinan eceng gondok hingga setahun berselang.

Awalnya dia dan Supardi selalu menemui kendala dalam produksi, 15 kali produksi selalu gagal dan tak ada pembeli. Per minggu dua produk pun kadang tidak terjual.

"Sampai akhirnya ada tetangga yang ke rumah melihat produk kami dan ingin membelinya. Tapi ternyata istri saya hanya memberikan produk itu secara cuma-cuma 'kamu ambil aja aku akan buat lagi yang lebih bagus'," kata Supardi seraya menirukan perkataan istrinya.

Supardi mengaku, modal awal mendirikan usaha kerajinan eceng gondok, ia dan istrinya mengandalkan Rp 20.000 saja.

Sambungnya, ternyata dalam melakukan aksinya itu keduanya mendapat pesanan dari seseorang yang berperan sebagai penghubungan antara sang joki dengan orang yang ingin dijokikan saat ujiannya.

Dari pengakuan sang joki, bahwa dalam sekali menjoki ujian ia dibayar jutaan rupiah.

"Dari pengakuan, si joki dibayar Rp 1,5 juta sama si perantara, itu pun jika hasil tesnya sudah keluar dulu," ucapnya.

Dilanjutkan Kanit Reskrim Polsek Bulaksumur, Iptu Tito Satria bahwa dari hasil pemeriksaan, keduanya telah melakukan aksinya lebih satu kali.

Diungkapkannya pula, bahwa keduanya beraksi apabila mendapat pesanan dari sang perantara yang kini masih dicari oleh pihaknya.

"Kalau ngakunya sudah sekitar lima kali dia itu menjoki tes sama yang ketangkap Jumat kemarin. Lima kali itu dilakukan di tahun 2018 dan modusnya sama yaitu malsukan KTP dan kartu tes," ujarnya.

"Antara si joki tes dengan yang orang yang minta minta dijokikan tidak saling kenal. Jadi murni dari perantara semua dan yang jelas tidak ada keterlibatan dari pihak PTN," imbuhnya.

Ditambahkannya, dari pengakuan Frienki ternyata ia telah lulus program pendidikan S1 dan saat ini sedang proses menempuh program pascasarjana.

Sedangkan untuk Yohanis saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.

Kendati demikian keduanya saat ini harus meringkuk di tahanan Makopolsek Bulaksumur guna mempertanggungjawabkan perbuatannya.

"Keduanya disangkakan pasal 378 KUHP tentang penipuan dan pasal 263 KUHP tentang pemalsuan. Untuk penipuan ancaman hukumannya 4 tahun penjara, dan untuk pemalsuan ancaman hukuman 6 tahun penjara," pungkasnya. (*)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas