Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sekelumit Cerita, di Balik Menjamurnya Warung Dadakan sepanjang Pantura

Mereka yang tinggal di sepanjang jalur mudik tersebut berbondong-bondong mendirikan warung dadakan di jalur Pantura

Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Sanusi
zoom-in Sekelumit Cerita, di Balik Menjamurnya Warung Dadakan sepanjang Pantura
Yanuar Nurcholis Majid
Sutisno pemilik warung dadakan di jalur Pantura, Indramayu, saat ditemui tim Tribunnews.com, Senin (11/6/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, PAMANUKAN - Momen mudik benar-benar dimanfaatkan warga Pantura, Jawa Barat, untuk menambah penghasilan.

Mereka yang tinggal di sepanjang jalur mudik tersebut berbondong-bondong mendirikan
warung dadakan di jalur Pantura wilayah Kabupaten Indramayu.

Warga membangun warung dadakan dengan perlengkapan sederhana, seperti bambu dan terpal. Biasanya warga mendirikan warung di dekat pohon yang ada di sepanjang jalan. Ini untuk mengurangi terik matahari sehingga warung yang mereka dirikan tidak terlalu panas.

Baca: 10 Potret Imutnya Aishwa Nahla, Balita Cantik yang Viral Lantaran Kepandaiannya Berselawat

Di warung dadakan ini, hanya pemilik hanya menyediakan makanan ringan, minuman, rokok, hingga makanan instan. Namun, di warung dadakan tersebut, para pemudik bisa melepas penat setelah melakukan perjalan mudik.

Sebab pemilik warung menyediakan tempat istirahat sederhana yang dilengkapi bantal bagi para pemudik yang mampir ke warungnya.

"Warung dadakan ini kami buat untuk berjualan makanan dan minuman untuk para pemudik yang kelelahan,” ujar Sutisno pemilik sebuah warung dadakan di jalur Pantura, Indramayu, saat ditemui tim Tribunnews.com, Senin (11/6/2018).

Tidak butuh waktu lama, dalam waktu 45 menit, dibantu teman, Sutisno mengaku dapat membangun warung dadakan miliknya. Untuk membuka warung dadakan miliknya, Sutisno mengaku harus mengeluarkan modal sebesar Rp 2 juta-Rp 3 juta.

Berita Rekomendasi

Modal itu digunakan untuk biaya pembuatan warung dadakan hingga belanja aneka makanan dan minuman yang dijajakan.

Ketika jalur ini dipadati pengguna jalan, Sutisno bisa mengantongi keuntungan hinga Rp 200 ribu per hari.

Namun jika sepi, Ia hanya bisa meraup keuntungan Rp 20 ribu- Rp 30 ribu setiap harinya.

"Ya lumayanlah untungnya, hampir setiap hari warung selalu penuh pemudik. Ya mereka istirahat sebentar, makan dan minum lalu berangkat lagi," kata Sutisno.

Lalu bagaimana ketika arus mudik telah usai, para pemilik warung dadakan ini tidak habis akal. Nantinya warung dadakan ini akan berpindah ke seberang jalan untuk memanfaatkan arus balik.

"Wah pokoknya untung besarlah jualan arus mudik, arus balik juga," ujar Sutisno.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas