Rencana Umrah Rosdiana Dengan Sang Bunda Tenggelam Bersama Karamnya KM Arista
Rosdiana yang akrab disapa Cici ini mengaku sangat kehilangan dan menyesal, lantaran dia belum membahagiakan orangtuanya.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Timur, Alfian
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Raut kesedihan tak terbendung lagi diantara seluruh keluarga korban tenggelamnya KM Arista di Perairan Makassar, Rabu (13/6/2018).
Bahkan saat menjenguk para korban yang dievakuasi di Rumah Sakit Jala Ammara TNI AL, Jl Satando, pihak keluarga terlihat menumpahkan air mata melihat korban yang telah terbujur kaku.
Salah satu keluarga korban, Rosdiana (33), yang ditemui mengaku belum percaya atas kejadian itu. Ia kehilangan ibunya, Nio (50) yang juga menjadi salah satu penumpang Kapal. Sementara saudaranya, Lenni (23), selamat dari peristiwa itu.
"Ibu itu sama Adikku ke Makassar pergi belanja keperluan lebaran, dia telepon sebelum naik kapal dan ada rencananya dia bermalam di Makassar karena masih mau belanja katanya," tuturnya.
Tapi ternyata Nio bersama Lenni tetap merencanakan kepulangannya di kampung halaman, Pulau Barang Lompo.
Rosdiana yang akrab disapa Cici ini mengaku sangat kehilangan dan menyesal, lantaran dia belum membahagiakan orangtuanya.
"Saya tiga bersaudara guru honor di Pulau Barang Lompo, Ibu itu pekerja keras bahkan dia bawa bentor di sana. Rencananya saya sama saudara-saudaraku mau kumpulkan uang untuk naik umrah tapi belum kesampaian, saya sangat menyesal," ungkap alumnus Unismuh itu.
Sebelumnya Kapal Jolloro' dengan nama KM Arsita tenggelam di Perairan Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/6/2018).
Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Selatan, Kombes Pol Dicky Sondani, menerangkan jika kapal tersebut diduga tenggelam karena kelebihan muatan.
Sekitar Pukul 12.45 Wita, Kapal yang bersandar di Pelabuhan Paotere itu berangkat ke Pulau Barang Lompo. Saat berada di antara Pulau Kayangan dan Tanggul Reklamasi, Kapal tenggelam setelah dihantam ombak besar.
"Kapal ini kan berlayar dari Pelabuhan Paotere. Sekitar jam 12.45 Wita di mana situasi waktu itu angin kencang ombak tinggi," kata Dicky.
Menurut Dicky kapal itu memang tidak memenuhi syarat berlayar, karena kapal yang ditumpangi merupakan kapal nelayan dengan kapasitas 15 orang.
"Kapal ini memang tidak memenuhi syarat berlayar itu karena jenisnya kapal nelayan dan 15 orang saja itu sudah maksimal. Ini 37 orang ditambah lagi sepeda motor dan setiap penumpang tidak menggunakan pelampung. Jadi yang tidak bisa berenang ini lah yang tenggelam," ungkapnya.(Alfian)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Ibunda Jadi Korban Tenggelamnya KM Arista, Cici: Saya Menyesal!,