Saat Petani Memanen Kopi Malabar Yang Mashur
Sejumlah pemilik kebun kopi di kaki Gunung Malabar tepatnya di Desa Pasirmulya Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung mulai memanen kopi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Sejumlah pemilik kebun kopi di kaki Gunung Malabar tepatnya di Desa Pasirmulya Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung mulai memanen kopi pertengahan tahun ini.
Tanaman kopi mereka tanam di hutan-hutan pohon pinus sejak lima tahun terakhir. Pantauan Tribun sejak Selasa (19/6/2018) hingga Jumat (22/6/2018), sejumlah warga di desa itu mulai memetik kopi yang sudah berwarna kemerahan kemudian dimasukan ke dalam karung-karung berukuran sedang dan besar.
Selain ditanam di hutan-hutan pinus, mereka juga menanam kopi di kebun di hutan bambu di perbukitan di desa tersebut. Desa tersebut berada di ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut.
Umumnya, panen kopi kali ini bagi sebagian warga adalah panen kedua. Meskipun banyak diantara warga yang sudah panen lebih dari sekali. Banyak dari mereka berbondong-bondong dengan membawa berkarung-karung berisi kopi baru petik dari pohin datang ke penggilingan untuk menjual.
Mereka membawa karung menggunakan kendaraan bak terbuka hingga sepeda motor, tidak jarang karung berisi kopi tersebut dipanggul. Tujuan mereka sama, menjual kopi tersebut ke pengepul.
"Di desa ini memang sudah ada yang panen . Sedari pagi memetik kopi di kebun, kebunnya di hutan-hutan pinus atau kebun bambu," ujar Karna (56), warga Kampung Cigentur, ditemui di penggilingan kopi, Kampung Wangun Desa Pasir Mulya, Jumat (22/6).
Sehari-hari, Karna petani padi. Menanam kopi dilakukannya atas anjuran dari pemerintah untuk menanam kopi karena harga jualnya cukup tinggi.
"Tanah di Gunung Malabar ini kan subur, cocok ditanami kopi. Jadi saya sejak lima tahun terakhir mulai menanam kopi. Saat ini panen saya baru 50 kg," ujar Karna.
Hal senada dikatakan Dede (48). Ia memanen kopi seberat 1 kwintal dari lebih dari 20 tanaman kopi. "Ini panen kedua, lebih banyak dibanding panen pertama," kata Dede.
Baca: Kisah Mantan Teroris Murid Noordin M Top Mau Meledakkan Kafe Tetapi Batal Gara-gara Wanita Berjilbab
Hanya saja, harga jual kopi baru petik dari petani ke pengepul saat ini sedang rendah. Biasanya, harga pasaran kopi baru petik saat dijual ke pengepul adalah Rp 9 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogramnya.
"Sekarang harganya sedang turun, Rp 7 ribu per kilo, itu untuk kopi baru petik atau cherry," ujar Ahmad (60). Pemilik penggilingan kopi sekaligus pengepul. Di tempatnya, kopi yang dipanen para petani dijual kemudian kulitnya dikupas.
Harga itu dikeluhkan oleh Dede karena sebelumnya harga jual kopi baru petik cukup tinggi. Waktu panen pertama harganya bagus, Rp 9 ribu per kilogram, sekarang turun jadi Rp 7 ribu," kata Dede.
Pelaku usaha niaga kopi, Muhamad Iqbal menjelaskan rantai ekonomi kopi melalui beberapa tahapan. Yakni cherry atau kopi baru petik dari pohon dihargai sekitar Rp 7 ribu hingga Rp 9 ribu per kg. Kemudian gabah kering, yakni kopi baru dikuliti kemudian dijemur seharga rata-rata Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu per kg.
"Yang tinggi itu saat kopi sudah dalam bentuk green beans atau siap roasted, harga kopi Malabar bisa sampai Rp 40 ribu sampai Rp 100 ribu per kg. Untuk panen kopi baru petik saat ini sedang turun, tapi dalam waktu dekat ini bisa naik lagi jadi Rp 8 ribu hingga Rp 8,5 ribu," kata Iqbal via ponselnya.
Kopi Malabar sudah masyur sejak dikembangkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1725 dan sudah menguasai pasar kopi internasional. Kopi Malabar ditanam di Pegunungan Malabar. Kopi ini akrab dikenal dengan Kopi Preanger. (Mega Nugraha)