Jika Metodenya Benar, Hasil Quick Count Tidak Beda Jauh dengan Rekapitulasi KPUD
Semua hasil tersebut adalah versi hitung cepat alias quick count. Sejak kemarin hingga hari ini KPUD masih melakukan real count.
Editor: Sanusi
![Jika Metodenya Benar, Hasil Quick Count Tidak Beda Jauh dengan Rekapitulasi KPUD](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ridwan-kamil-menangi-pertarungan-di-pilkada-jabar_20180628_175723.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa kejutan muncul usai hari pencoblosan pilkada serentak kemarin. Mulai dari melejitnya suara pasangan duet Cagub Jawa Barat Sudrajat-Syaikhu hingga kemenangan tipis Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, serta kemenangan Khofifah-Emil.
Semua hasil tersebut adalah versi hitung cepat alias quick count. Sejak kemarin hingga hari ini KPUD masih melakukan real count.
Menurut Pengamat Politik Firman Manan semestinya antara hitung cepat lembaga survei dengan real count tidak berbeda jauh. Asalkan quick count itu menggunakan metodologi yang benar dan kerangka samplingnya juga tepat.
"Angka duet Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul di Pilgub Jabar misalnya di 32 persen konsisten hingga hari ini. Hasil quick count itu memotret suara di TPS. Beda dengan exit poll yang hasilnya bias karena ketika responden yang baru keluar dari TPS ditanya pilih siapa dia jawab pilih Rindu (Ridwan-Uu), kan juga belum tentu, bisa jadi dia nyoblos yang lain," kata Firman.
Diketahui hingga saat ini, KPUD di banyak daerah masih menayangkan real count yang angkanya terus bergerak.
Menurut Firman, walaupun suara yang masuk masih kecil angka bisa dikatakan stabil jika suara yang masuk diatas 60 hingga 70 persen.
"Dugaan saya angkanya tidak jauh beda dengan hasil quick count kalaupun ada perbedaan mungkin angkanya kecil sekitar nol koma," ujarnya.
Sambil menunggu hasil rekapitulasi dari KPUD, menurut Manan sebaiknya semua pihak menghormati KPU sebagai lembaga yang punya otoritas untuk mengumumkan hasil penghitungan resmi Pilkada.
Selama proses perhitungan, lakukan pengawalan melalui saksi.
Jika terjadi dispute antara lembaga survei, sebaiknya cek metodologinya, kredibilitas dan rekam jejak lembaga survei tersebut.
Selama menunggu KPUD menghitung, menurut Firman, bagi pemenang serta simpatisannya tidak usah berlebihan menunjukkan euforia kemenangan karena hal itu bisa memancing psikologi kelompok yang kalah versi quick count.
"Pidato kemenangan Kang Emil versi quick count bagus, karena dia mengingatkan simpatisannya untuk tidak merayakan euforia kemenangan secara berlebihan," ucap dia.
Kepada yang kalah, lanjut Firman, jangan mengembangkan teori- teori konspirasi, misalnya elite mengeluarkan statement yang negatif atau malah mengompori seperti terjadi manipulasi, lembaga survei bermain, dan lain-lain.
Sebab kini rakyat masih melihat dan mendengar ucapan elit.
"Mari kita pelihara tradisi baik. Misalnya, yang kalah mengakui kekalahan dan memberikan ucapan selamat bagi pemenang. Sikap elit seperti itulah yang bisa meredam potensi konflik," katanya.
Kalau pun pasangan yang belum mau menyatakan mereka kalah dan mengakui kemenangan pihak lain, maka kita juga harus hormati. Karena aturannya memang harus menunggu.
"Tapi statement-nya cukup mengatakan masih menunggu hasil dari KPUD," ujar Manan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.