4 Daerah Mengalami Udara Lebih Dingin, Kawasan Dieng Capai Suhu Minus 5 Derajat Celcius
Masyarakat Dieng mensinyalir gejala alam yang menandai munculnya fenomena tahunan itu.
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini di beberapa wilayah Indonesia mengalami penurunan suhu yang membuat udara terasa lebih dingin dari biasanya.
Berdasarkan data yang dilansir dari website resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, suhu di Jakarta dan sekitarnya serta Semarang mencapai 27 derajat celcius.
Sementara suhu di Bandung dan Surabaya berada di angka 28 derajat celcius.
Berikut ini tim Tribunnews.com himpun beberapa daerah di Jawa dan Bali yang juga mengalami penurunan suhu dilansir dari berbagai sumber.
Simak selengkapnya di sini!
1. Yogyakarta
Melansir dari Tribun Jogja pada Jumat (6/7/2018), suhu udara di wilayah Yogyakarta akhir-akhir ini terasa jauh lebih dingin dibandingkan biasanya.
Suhu terendah berada di angka 19 derajat celcius pada hari Jumat (6/7/2018) terjadi sekitar pukul 03.00 WIB.
2. Dieng
Melansir dari Kompas.com, Kawasan Dataran Tinggi Dieng pada hari Jumat (6/7/2018) pagi diselimuti embun es.
Hal ini dingkapkan oleh Kepala Pusat Data dan Informasi sekaligus Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP), Sutopo Purwo Nugroho melalui akun Twitter-nya.
"“Embun es menutup permukaan tanah dan lahan pertanian di Pegunungan Dieng. Fenomena dinginnya cuaca saat ini adalah normal saat kemarau. Cuaca cerah siang hari menyebabkan potensi terjadinya hujan menjadi minim. Angin dominan dari Australian bersifat kering,” kicau Sutopo.
Melansir dari Tribun Jateng, fenomena ini disebut Bun upas atau embun beku.
Butiran embun melapisi tanaman dan rerumputan berubah mengkristal serupa es batu.
Hamparan tanaman hijau di perkebunan warga pun berubah memutih bak salju di negeri empat musim.
Embun beku kali ini terpantau cukup tebal dan mencakup wilayah yang cukup luas.
Tak hanya muncul di seputar kawasan Candi Arjuna Dieng Banjarnegara, fenomena ini juga muncul di kawasan wisata Bukit Sikunir di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Wonosobo.
Fenomena embun beku ini ditandai dengan penurunan suhu hingga minus 5 derajat celcius.
Gejala bun upas sebenarnya sudah disadari warga sebelumnya.
Masyarakat Dieng mensinyalir gejala alam yang menandai munculnya fenomena tahunan itu.
Menurut seorang warga, Bukhori, sejak tiga hari yang lalu, suhu di dataran tinggi Dieng amat panas.
Kemudian cuaca berubah mendung kehitaman namun tidak ada angin yang berembus.
Fenomena bun upas juga ditandai penurunan suhu yang drastis.
3. Bandung
Melansir dari Tribun Jabar, BMKG Bandung telah merilis prakiraan cuaca Bandung sepanjang hari Jumat (6/7/2018).
Dalam keterangan tertulis dari BMKG Bandung, wilayah Bandung Raya diperkirakan akan mengalami suhu udara terendah di kisaran 17,4 derajat celcius.
Suhu maksimumnya mencapai 30,0 derajat celcius.
Rinciannya, Bandung Utara bersuhu 17,4-29,6 derajat celcius.
Bandung Selatan 17,8-30,0 derajat celcius.
Bandung timur 17,6-29,8 derajat celsius, Bandung barat 18,0-30,0 derajat celsius, dan Bandung tengah 17,8-29,8 derajat celsius.
Lalu, kelembapan udara Bandung Raya, berkisar antara 47-72 persen.
4. Bali
Bali, khususnya Denpasar akhir-akhir ini pun suhu udaranya juga terasa lebih dingin.
Dilansir dari Tribun Bali, hal ini bahkan sudah terjadi di akhir bulan Juni lalu.
Sejak Sabtu (30/6/2018) hingga Senin (2/7/2018) dini hari, suhu udara menjadi lebih dingin dari biasanya.
Tercatat kondisi cuaca di bali 24 jam terakhir saat itu, berdasarkan data pengamatan sypnotik umumnya suhu udara di Bali berkisar antara 21-31 derajat celcius dengan kelembapan udara berkisar 59-89 persen.
Sementara angin umumnya bertiup dari arah Timur - Tenggara dengan kecepatan berkisar antara 2 - 19 knot (4 - 34 Km/Jam).
Apa yang sebenarnya terjadi?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui akun Twitter resminya, @infoBMKG pun menjelaskan fenomena yang sedang dialami di beberapa daerah di Indonesia.
Menurut Kepala Bagian Humas BMKG, Hary Tirto Djatmiko, saat ini Indonesia tengah mengalami puncak musim kemarau pada Juli sampai Agustus.
Dengan indikator aktifnya monsun Australia, Indonesia mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia yang menuju ke Asia.
Hal inilah yang menyebabkan perubahan suhu menjadi lebih dingin di sejumlah wilayah Indonesia.
Pada musim kemarau seperti saat ini, permukaan bumi menjadi lebih kering.
Kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara jumlahnya sedikit.
Air merupakan zat penghantar panas yang cukup baik, sehingga mudah menyimpan energi panas dari cahaya matahari.
Sementara pada musim penghujan, di saat permukaan bumi sedang terdapat banyak air, panas matahari akan lebih banyak tersimpan di air-air tersebut.
Sebaliknya, pada musim kemarau, di saat permukaan bumi sedang kering, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa.
Itulah mengapa suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.
(Tribunnews.com/Natalia Bulan Retno Palupi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.