Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Desa Sukarara, Penghasil Kain Tenun Songket Lombok yang Terkenal hingga Mancanegara

“Jadi kalau dulunya itu, diharuskan bagi yang perempuan bisa menenun, kalau di sini perempuan tidak bisa nenun itu belum boleh nikah."

Penulis: Abdul Majid
Editor: Sapto Nugroho
zoom-in Desa Sukarara, Penghasil Kain Tenun Songket Lombok yang Terkenal hingga Mancanegara
Tribunnews/Abdul Majid
Seorang penenun sedang membuat kerajinan kain tenun songket khas Lombok di Industri Kerajinan Patuh di Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK – Berkunjung ke Lombok ternyata tidak hanya melulu menikmati keindahan pantainya saja, tapi ada pula hasil budaya warisan leluhur seperti kerajinan kain tenun songket yang berada di Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Desa Sukarara merupakan daerah penghasil kain songket yang terkenal di Lombok.

Bahkan, ketenaran kain tenun Desa Sukarara pun sudah tembus ke pasar internasional.

Darma, salah seorang pemandu di Industri Kerajinan Patuh menceritakan secara singkat bagaimana kebiasaan menenun ini masih bertahan hingga saat ini, dan membuat kain songket khas Lombok ini bisa terkenal.

Karyawan menunjukkan hasil kerajinan kain tenun songket khas Lombok yang ada di Industri Kerajinan Patuh di Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Darma, salah seorang pemandu pada Industri Kerajinan Patuh, Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), memperlihatkan kain tenun motif naga yang dihiasi dengan benang emas. Tribunnews/Abdul Majid

“Jadi kalau dulunya itu, diharuskan bagi yang perempuan bisa menenun, kalau di sini perempuan tidak bisa nenun itu belum boleh nikah. Iya, itu kan sekaligus melestarikan budaya dari sini,” kata Darma kepada Tribunnews.

Saat tiba di tempat Industri Kerajinan Patuh, dari kejauhan Anda langsung disuguhkan pemandangan kain warna-warnai yang tergantung.

Berita Rekomendasi

Di depannya, sebelum Anda masuk ke ruangan utama, terdapat dua panggung yang terbuat dari bambu -- di sebelah kanan dan kiri pintu.

Di atas panggung itu masing-masing ada dua wanita yang sedang menenun.

Para wisatawan yang datang bisa langsung melihat bagaiman kain songket itu dibuat secara manual.

Bahkan, mereka pun diperbolehkan untuk mencoba langsung.

“Cara ini (nenun gratis untuk wisatawan) sebagai salah satu cara kami untuk memperkenalkan kepada pengunjung, jadi promosi juga. Kan kalau dia habis nenun terus difoto dan dibagikan ke semua teman-temannya,” jelas Darma.

“Kebanyakan sih pastinya bilang susah, tapi kalau belajar sungguh-sungguh pasti bisa,” sambungnya.

Darma juga menambahkan, bahwa Industri Kerajinan Patuh tiap harinya tak pernah sepi dari pengunjung.

Biasanya, turis mancanegara yang datang secara rombongan ke Lombok pasti menyempatkan diri mengunjungi Industri Kerajinan Patuh.

Industri Kerajinan Patuh di Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di tempat tersebut ada hasil budaya warisan leluhur seperti kerajinan kain tenun songket khas Lombok.
Industri Kerajinan Patuh di Desa Sukarara, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di tempat tersebut ada hasil budaya warisan leluhur seperti kerajinan kain tenun songket khas Lombok. (Tribunnews/Abdul Majid)

“Kalau kita hitung mobil itu sampai seratus mobil per harinya, kemarin musim libur sampai 250 mobil. Rata-rata yang datang orang luar dari Lombok, tapi kalau bulan-bulan sekarang ini paling banyak yang datang itu bule,” ujarnya.

Industri Kerajinan Patuh merupakan koperasi yang menjual dan memamerkan kain tenun hasil produksi warga sekitar yang dijual kepada wisatawan.

Hadirnya Industri Kerajinan Patuh bahkan kini berhasil membantu menghidupkan perekonomian warga Desa Sukarara, Lombok Tengah, NTB. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas