Pertama Kalinya Gerbang Perbatasan Pertama dan Tertua, PLBN Entikong Gelar Upacara HUT Kemerdekaan
Semarak peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-73 terasa di gerbang perbatasan pertama dan tertua Indonesia, Pos Lintas Batas Negara Entikong.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, ENTIKONG - Semarak peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-73 terasa di gerbang perbatasan pertama dan tertua Indonesia, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Jumat (17/8/2018) pukul 07.30 WIB, persiapan upacara dimulai di lapangan PLBN Entikong, sekitar 20 meter dari Tugu Garuda Pancasila yang menjadi ikon pos lintas batas paling ramai di Kalimantan Barat ini
Komandan Kodim 1204 Sanggau Letkol Inf Herry Purwanto bertindak sebagai inspektur upacara yang juga dihadiri Camat Entikong Suparman dan Kepala Bidang Pengelolaan PLBN Entikong Viktorius Dunand.
Peserta upacara diikuti para veteran, tokoh masyarakat, karyawan proyek Bina Marga dan Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Bea Cukai dan Imigrasi, TNI, Polri, serta siswa SD hingga SMU di sekitar PLBN.
"Ya Allah, jadikan detik-detik proklamasi sebagai momentum merekatkan persatuan di antara kami, menuju Indonesia yang maju dan sejahtera. Agar kami dapat memiliki kedamaian, kerukunan, dan persaudaraan, bekerja bersama mewujudkan kesejahteraan merata di seluruh negeri," demikian doa yang dipanjatkan Kepala Kantor Urusan Agama Entikong, Jafar.
Baca: Cerita Amira Natasha Tampil Maksimal Sebagai Paskibra Meski Sebelah Sepatunya Terlepas
Upacara diakhiri dengan pelepasan ratusan balon berwarna merah dan putih oleh para pelajar ke langit perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Kepala Bidang Pengelolaan PLBN Entikong Viktorius Dunand memaparkan, upacara bendera peringatan HUT ke-73 RI pada 17 Agustus 2018 ini merupakan pertama kalinya dilakukan di area Pos Lintas Batas Negara Entikong.
"Sebelumnya upacara detik-detik proklamasi selalu digelar di halaman Kantor Kecamatan Entikong," kata Viktorius.
PLBN Entikong merupakan pos lintas batas pertama di Indonesia, beroperasi sejak 1 Oktober 1989.
PLBN Entikong awalnya di bawah naungan Kabupaten Sanggau, kemudian dikelola Provinsi Kalimantan Barat dan kini berada dalam naungan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kementerian Dalam Negeri.
Sesuai dengan Nawacita Presiden Jokowi butir ketiga ‘Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan: pemerataan pembangunan antar wilayah terutama desa, kawasan timur Indonesia dan kawasan perbatasan’, pada awal pemerintahannya Presiden Jokowi mengeluarkan Inpres 6/2015 tentang ‘Percepatan Pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara Terpadu dan Sarana Prasarana Pendukungnya’.
Tujuh PLBN Terpadu yang telah direvitalisasi dan diresmikan Presiden Jokowi yakni Entikong, Aruk, Nanga Badau (Kalimantan Barat), Wini, Motaain, dan Motamasin (Nusa Tenggara Timur) serta Skouw (Papua).
Baca: Insiden Tali Bendera Putus di Pulau Maratua, Menteri Enggartiasto: Ambil Hikmahnya
Tak lama setelah dilantik jadi presiden, Jokowi mengunjungi PLBN Entikong pada 21 Januari 2015 dan tegas menekankan bahwa wilayah perbatasan merupakan cerminan wajah Indonesia.
Hampir dua tahun kemudian, 21 Desember 2016, Presiden Jokowi datang lagi dan meresmikan kemegahan PLBN Entikong sebagai teras rumah yang memisahkan antara Indonesia dan Malaysia.
Kini, PLBN Entikong berdiri jauh lebih megah dibandingkan pos lintas batas di sisi Tebedu, Negara Bagian Serawak, Malaysia.
"Ini masalah kebanggaan, masalah nasionalisme, masalah martabat dan harga diri kita. Kalau saya tidak mau seperti itu. Di sana saya bisa melihat, yang di sebelah sangat megah, yang di kita sangat jelek sekali. Saat itu juga saya perintahkan Menteri PU seminggu harus diruntuhkan. Saya minta dua tahun harus lebih baik dari yang di sana. Inilah sebuah kebanggaan yang ingin kita bangun bahwa kita ini negara besar," kata Presiden Jokowi ketika itu.