Sedang Gali Tanah, Warga di Pasuruan Ini Temukan Benda Prasejarah
"Saat itu saya mau tanam bawang prei. Nah kok cangkulnya membentur benda keras. Biasanya kalau kena tanah kan empuk ya," tuturnya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Prawoto terlihat duduk di bawah pohon pisang di kebun miliknya, Rabu (22/8/2018) siang. Kebun tesebut berada di Dusun Kalongan Wetan, Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Di tanah seluas 250 meter miliknya, bapak satu anak ini sudah tiga tahun terakhir bercocok tanam.
Dulu, ia hanya membeli tanah ini seharga Rp 60 juta. Setelah dibeli dengan uang tabungannya, Prawoto mulai mengembangkan usahannya di bidang pertanian. Tanahnya ditanami lombok, timun, bawang prei, dan tomat.
Sudah puluhan juta ia dapatkan dari hasil bercocok tanam di kebun miliknya yang baru saja dibelo tiga tahun lalu menggunakan uanh tabungannya.
Minggu (19/8/2018) lalu, ia merasakan hal yang aneh saat mencangkul di kebunnya. Ia merasakan sesuatu yang berbeda saat mencangkul. Cangkulnya seperti memukul benda yang keras. Setelah ditelusuri, ia melihat ada batu bata di dalamnya.
"Saat itu saya mau tanam bawang prei. Nah kok cangkulnya membentur benda keras. Biasanya kalau kena tanah kan empuk ya, ini keras sekali. saya cek, terlihat ada batu bata. Saya singkirkan tanahnya dan saya bersihkan sedikit demi sedikit secara perlahan," katanya kepada Surya (Grup Tribunjatim.com).
Nah, saat dibersihkan, kata dia, nampak batu bata dengan ukuran yang besar. Ia ambil batu batanya. Ia pun kaget. Ia mengira hanya satu bata bata, ternyata masih banyak di bawahnya.
Ia memperkirakan , sudah 36 batu bata yang sudah diambilnya dan diletakkan ke atas.
"Sudah saya ambil 36. Nah, ternyata masih banyak di dalamnya. saya takut, dan saya tidak meneruskannya. Saya berhenti tidak melanjutkan mencangkul untuk persiapan tanam bawang prei," ceritanya.
Selanjutnya, ia menceritakan temuan itu ke beberapa tetangga dan kawannya. Ia disarankan untuk melapor ke pihak desa. Nah, Selasa malam, kata dia, pihak desa datang ke kebunnya untuk melihat temuannya itu.
"Katanya desa sudah melapor ke BPCB Trowulan. Nah, surat sudah dilayangkan menunggu balasan dari BPCB Trowulan. Saya juga diminta untuk tidak melakukan aktivitas di sini. Artinya, dilarang untuk aktivitas penggalian atau penanamam tanaman dalam bentuk apapun. Disterilisasi semuanya dan dibiarkan sampai menunggu kedatangan petugas," tambah pria yang berjualan bakso keliling setiap harinya ini.
Dia juga tidak mengetahui apa sebenarnya tumpukan batu bata ini. Apakah situs purbakal peninggalan zaman kerajaan, atau apa.
Yang jelas, ia baru pertama kali melihat batu bata yang memiliki panjang dan lebarnya tidak umum dengan batu bata di zaman sekarang. Ukurannya lebih besar dibandingkan dengan batu bata yang ada sekarang ini.
Prawoto pun mengaku tidak menyangka sebelumnya. Ia tidak pernah merasakan hal aneh selama bercocok tanam tiga tahun terakhir di kebun miliknya itu. Selama tanam tiga tahun ini, ia lancar dan hasil dari tanamannya selalu melimpah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.