Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rupiah Melemah, Produsen Tempe Mulai Mengeluh

Produsen tempe di Kota Magelang, Jawa Tengah, mulai mengeluhkan pelemahan rupiah terhadap dollar AS beberapa hari terakhir.

Editor: Sanusi
zoom-in Rupiah Melemah, Produsen Tempe Mulai Mengeluh
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
ilustrasi: Pekerja mengemas kacang kedelai untuk dibuat tempe di Kawasan Sunter Jaya, Jakarta Utara 

TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Produsen tempe di Kota Magelang, Jawa Tengah, mulai mengeluhkan pelemahan rupiah terhadap dollar AS beberapa hari terakhir.

Mereka semakin tercekik dengan harga bahan baku kedelai impor yang ikut melambung.

Siti Sustinah (34) salah satu produsen tempe di Kampung Pucangsari, Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, menyebutkan saat ini harga kedelai impor mencapai Rp 7.500 per kilogram.

Menurutnya, kenaikan harga kedelai impor terjadi sejak Februari 2018 lalu, dari Rp 6.800 per kilogram.

"Naiknya tidak langsung tapi mulai dari Rp 50 - Rp 100 per kilogram, sampai sekarang menjadi Rp 7.800 per kilogram," jelas Susi - panggilan Siti Sustinah, ditemui di rumah produksinya, Kamis (6/9/2018).

Susi mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi tersebut. Terlebih, anjloknya nilai tukar rupiah juga berpengaruh pada harga plastik pembungkus tempe yang ikut merangkak naik.

"Dampaknya engga cuma harga kedelai, tapi juga harga plastik juga naik, dari Rp 25.500 naik menjadi Rp 28.500 per kilogram," ucapnya.
Sejak awal didirikan 39 tahun lalu, tempe hasil produksi Susi menggunakan bahan baku kedelai impor. Kedelai yang didatangkan dari Amerika Serikat itu diakui mempunyai kualitas yang baik dibanding kedelai lokal.

Berita Rekomendasi

"Kelebihan (kedelai) impor hasilnya bisa mengembang baik. Kalau lokal saya sendiri belum pernah pakai, bijinya lebih kecil, bagus untuk bahan membuat tahu," jelas Susi.

Dirinya memproduksi sekitar 5 kuintal kedelai setiap hari, yang diolah dan dibentuk dalam 4 varian tempe. Harganya berkisar Rp 400 - Rp 5.500 per potong.

Sementara ini Susi belum dapat menaikkan harga jualnya meski terus terdesak dengan harga bahan baku. Ia menaikkan harga tempe terakhir sekitar 5 tahun yang lalu.

"Saya ngga mungkin menaikkan harga, pelanggan pasti protes. Sementara kami mau protes ke siapa? mau ngga mau ya harus beli dengan harga yang ada. Kalau mau belanja kedelai selalu deg-degan dulu," ucapnya.

Tempe yang diproduksi Susi dipasok ke pasar tradisional Rejowinangun dan Gotong Royong Kota Magelang, serta di pasar Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

Operasi pasar Menurut Susi, salah satu solusi mengendalikan kenaikan harga baku kedelai impor adalah dengan operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah. Susi mengaku merasakan betul manfaat dari operasi pasar yang kerap dilakukan beberapa tahun lalu.

"Tapi sekarang jarang, malah ngga ada operasi pasar. Padahal dulu kalau harga naik, kemudian ada operasi pasar harga bisa stabil lagi, walaupun tidak cepat," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas