Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Relawan Gunung Sindoro Memadamkan Kebakaran Hutan Tanpa Air, Hanya Berbekal Ranting

Toang harus merelakan sepatu trekkingnya yang rusak karena menginjak material panas saat memadamkan api di Gunung Sindoro.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Relawan Gunung Sindoro Memadamkan Kebakaran Hutan Tanpa Air, Hanya Berbekal Ranting
BNPB
Foto kondisi Gunung Sindoro saat terbakar pada Jumat (7/9/2018) 

Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki

TRIBUNNEWSG.COM, WONOSOBO - Toang harus merelakan sepatu trekkingnya yang rusak karena menginjak material panas saat memadamkan api di Gunung Sindoro.

Panas api dari kebakaran pohon dan rumput hutan sampai menjalar ke tanah atau bebatuan di sekitarnya. Tak ayal, panas api tetap menembus kulit hingga karet sepatu meleleh.

Meski maut mengancam, Toang dan teman-temannya pantang mundur untuk menaklukkan si jago merah.

Bagaimanapun, kobaran api harus diredam agar tak meluas hingga mematikan ekosistem hutan.

Ini sekaligus pembuktian akan status pecinta alam yang disandangnya. Saat alam dilukai, ia pasang badan untuk melindungi.

Meski memadamkan api di hutan tak semudah yang dibayangkan. Tak ada sumber air di gunung yang bisa dimanfaatkan untuk menjinakkan api.

Berita Rekomendasi

Membawa air dari bawah pun tak mungkin karena butuh beberapa jam untuk sampai di lokasi kebakaran yang hampir mencapai puncak.

Ia bersama petugas maupun relawan lain akhirnya menggunakan cara konvensional dengan memanfaatkan bahan alam untuk menjinakan api.

Dahan pohon yang masih rimbun ranting maupun daunnya jadi senjata bagi mereka untuk melumpuhkan api.

Mereka menggebukkanya berulangkali ke kobaran api hingga mati. Pekerjaan itu tentu saja menguras energi. Karena kobaran api begitu panjang, sejauh mata memandang.

Api yang telah padam bukan berarti lenyap sama sekali. Bara yang tertinggal mudah tersulut kembali. Energi panas pun memungkinkan masih tersimpan di dalam tanah atau akar yang kasat mata.

Sedikit saja terkena percikan, tanaman hutan yang kering karena kemarau mudah sekali terbakar. Percikan api bahkan bisa tercipta dari gesekan ranting atau bebatuan kering.

Tak ayal, titik api yang ditinggalkan karena sempat padam, berkobar lagi karena tiupan angin atau efek percikan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas