Kisah Pilu Pria di Batang yang Ajukan Suntik Mati, Ditipu Keluarga Sendiri Sampai Lumpuh
Cerita pilu di balik derita Afandi (48) yang mengajukan permohonan suntik mati ke Kejari Kabupaten Batang dan Kejari Provinsi Jateng karena tak kuat
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Budi Susanto
TRIBUNNEWS.COM, BATANG - Cerita pilu di balik derita Afandi (48) yang mengajukan permohonan suntik mati ke Kejari Kabupaten Batang dan Kejari Provinsi Jateng karena tak kuat dengan sakit yang ia alami.
Afandi dulunya merupakan pekerja bangunan dan juga membuka usaha tempe di rumahnya yang terletak di Desa Timbang Rt 5 Rw 2, Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang.
Sebelum menderita penyakit lambung dan gangguan psikosomatis 14 tahun lalu, ia merupakan orang yang berkecukupan.
Namun musibah datang ketika Afandi ditawari bergabung dengan koperasi yang dikelola oleh saudaranya.
Pasalnya pria 48 tahun tersebut ikut menanam saham ke koperasi dengan menyertakan sertifikat rumah dan tanah.
Tapi bukannya mendapat untung, harta yang ia tanamkan ke koperasi tersebut justru dibawa kabur oleh oknum tak bertanggung jawab.
Afandi pun menerangkan, surat rumah yang ia tempati dan tanah yang ia miliki berada di bank untuk jaminan pinjaman modal yang ditanamkan ke koperasi.
"Saya ditipu keluarga saya sendiri, dan sejak itu saya jatuh sakit. Untuk mencukupi biaya hidup keluarga saya harus meminjam ke tetangga," ujarnya sebelum Afandi dibawa ke RSUD Kalisari oleh Pemkab Batang, Jumat (14/9/2018).
Terpisah, dalam laporanya Trijanto Camat Banyuputih menerangkan, sebenarnya keluarga Afandi tergolong keluarga mampu, rumahnya juga sudah permanen.
"Tapi karena sertifikat kebon dan tanah milik Afandi dijaminnkan oleh kakaknya di Bank untuk usaha koperasi beberapa tahun lalu kondisi keluarganya jadi seperti ini, karena sang kakak kabur dan usaha koperasi tersebut bangkrut," jelasnya.
la menambahkan, Afandi tinggal bersama keluarga dan mertuanya, anak pertama perempuan kuliah di Semarang dan biaya hidup dibantu saudara-saudaranya.
"Kondisi Afandi memang serba terbatas, mertuanya menjual pisang dan istrinya hanya mengambil hasil kebun untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," timpalnya.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.