Saksikan Saat Tsunami Menggulung Donggala, Nasoha Sampai Sekarang Masih deg-degan, Trauma Lihat TV
Nasoha masih merasa sangat trauma dan hingga saat ini ia masih sering merasa deg-degan jika teringat dan enggan melihat berita-berita di televisi
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Dina Indriani
TRIBUNNEWS.COM, BATANG - Nasoha (54) warga Desa Sukomangli, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah menjadi satu di antara 13 warga Batang yang berhasil dipulangkan dari lokasi bencana gempa dan tsunami yang melanda Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) lalu.
Meski diakuinya lega dapat kembali ke tempat asalnya, namun Nasoha masih merasa sangat trauma dan hingga saat ini ia masih sering merasa deg-degan jika teringat dan enggan melihat berita-berita di televisi mengenai bencana alam yang merenggut hingga ribuan nyawa itu.
Diceritakan Nasoha saat kejadian itu dirinya sedang menunaikan ibadah sholat maghrib di mushola sekitar tempat ia bekerja, masih jalan rakaat pertama tiba-tiba terasa guncangan hebat akibat gempa yang membuat dia dan para jamaah lainnya spontan membatalkan ibadah dan berlari.
"Saat itu saya sedang sholat maghrib, masih rakaat pertama dan tiba-tiba guncangan keras sangat begitu terasa sekali alhasil saya spontan lari, ternyata jamaah lainnya juga ikut lari dari mushola," tuturnya, kepada Tribunjateng.com, saat tiba di Rumah Dinas Bupati, Minggu (7/10/2018).
Karena berada di lokasi tinggi atau di wilayah pegunungan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, laki-laki yang bekerja hampir dua bulan sebagai buruh bangunan sebuah proyek perumahan itu melihat langsung bagaimana tsunami menerjang dan langsung menggulung Donggala.
"Lokasi saya memang berada cukup tinggi yang termasuk wilayah pegunungan, saat berlari keluar karena guncangan hebat di musala itu saya sudah melihat rumah-rumah di sekitar ambruk saat gempa.
Tak berselang lama terdengar suara ledakan dan guyuran air yang sangat keras seperti hujan yang sangat deras, entah di situasi seperti itu saya bingung mau lari kemana.
Dari ketinggian saya berada melihat dengan jelas bagaimana dahsyatnya air ombak yang besar dengan cepat langsung merusak dan menyeret rumah yang berada di pesisir pantai" tuturnya
Saat bercerita pun terlihat matanua berkaca-kaca karena mengingat saat menyaksikan kejadian tsunami itu dan diceritakannya saat itu tubuhnya lemas dan hanya bisa berdzikir.
"Tak terpikir sebelumnya oleh saya jika saya harus menyaksikan kejadian yang menurut saya sangat-sangat mengerikan itu, sampai sampai hingga sekarang pun saya masih deg-degan jika teringat, bahkan melihat berita di televisi pun saya enggan," ujarnya.
Sementara Bupati Batang Wihaji yang menyambut kedatangan warganya yang menjadi korban di rumah dinasnya mengatakan, untuk menangani pasca trauma dari 13 korban yang dipulangkan akan mendapatkan pemantauan dan pendampingan dari Puskesmas masing - masing Kecamatan.
"Kita akan dampingi dan pantau perkembangannya, karena saya lihat dari psikisnya nampak ketakutan dan trauma," pungkasnya. (din)