Cerita Rozi Lolos dari Maut saat Tubuhnya Terendam Lumpur Selama 3 Jam
Saat kejadian gempa itu, ia masih antre mandi. Tiba-tiba terdengar suara ledakan, dan seperti guyuran hujan.
Editor: Dewi Agustina
Ia tak bisa melawan kekuatan gerak lumpur itu. Selama tiga jam tak berkutik, mengikuti lumpur ke mana bergerak dan bergeser.
Sambil mengumpulkan sisa-sisa tenaga dan melihat keadaan sekitar, saat dirasa kondisi sudah lebih tenang, Rozi mencoba keluar dari himpitan jeratan lumpur dan merangkak menyelamatkan diri dalam suasana yang sangat gelap.
"Saya sempat pasrah sambil terus berdzikir di dalam hati dalam keadaan tenggelam dan terendam selama sekitar tiga jam, dan akhirnya berhasil keluar. Karena lelah, saya hanya bisa merangkak ke lokasi yang lebih aman dan akhirnya ditemukan relawan," tuturnya.
Trauma
Cerita lain datang dari Nasoha (54), warga Desa Sukomangli, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang.
Meski lega dapat kembali ke tempat asalnya, ia masih merasa trauma dan masih sering deg-degan jika teringat, dan enggan melihat berita-berita di televisi mengenai bencana alam yang merenggut ribuan korban jiwa itu.
Saat kejadian, Nasoha sedang menunaikan ibadah Salat Magrib di musala sekitar tempatnya bekerja.
Masih jalan rakaat pertama, tiba-tiba terasa guncangan hebat akibat gempa yang membuat ia dan para jemaah lain spontan membatalkan ibadah dan berlari.
"Saat itu saya sedang Salat Magrib, masih rakaat pertama, dan tiba-tiba guncangan keras sangat terasa, alhasil saya spontan lari, ternyata jemaah lain juga ikut lari dari musala," tuturnya.
Karena berada di lokasi tinggi atau di wilayah pegunungan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, laki-laki yang bekerja hampir dua bulan sebagai buruh bangunan sebuah proyek perumahan itu melihat langsung bagaimana tsunami menerjang dan langsung menggulung Donggala.
Saat berlari keluar dari musala itu, Nasoha sudah melihat rumah-rumah di sekitar ambruk saat gempa.
Tak lama terdengar suara ledakan dan guyuran air yang sangat keras seperti hujan yang sangat deras.
"Di situasi seperti itu saya bingung mau lari ke mana. Dari ketinggian saya berada melihat dengan jelas bagaimana dahsyatnya air ombak yang besar dengan cepat langsung merusak dan menyeret rumah yang berada di pesisir pantai," tuturnya.
Saat bercerita, matanya terlihat berkaca-kaca.
"Saat itu tubuh saya lemas dan hanya bisa berdzikir. Tak terpikir jika saya harus menyaksikan kejadian yang sangat mengerikan itu," ujarnya.