Gus Aiz Sikapi Khittah NU di Halaqah Nahdliyah Khitthah
Gus Aiz menambahkan, khittah NU bukan berarti dibenturkan dengan konstitusi apalagi menghilangkan hak politik warga Nahdliyyin.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Ketua PBNU KH. Aizudin Abdurrahman atau yang biasa disapa Gus Aiz menyikapi Halaqah Nahdliyah Khitthah yang berlangsung di Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Halaqah Nahdliyah Khitthah ini diadakan oleh keturunan para pendiri NU dan dihadiri sekitar 50 tokoh NU.
"Nahdlatul Ulama (NU) organisasi yang tidak berpolitik praktis. Politik NU adalah politik kebangsaan, politik 'aliyah dan politik 'ammah," kata Gus Aiz.
Gus Aiz menambahkan, khittah NU bukan berarti dibenturkan dengan konstitusi apalagi menghilangkan hak politik warga Nahdliyyin.
Menurutnya, pesan hasil halaqah di Tebuireng sudah menjadi perhatian KH. Ma'ruf Amin sebagai salah satu alumni terbaik dari Ponpes Tebuireng.
"Sudah sejak lama menjadi perhatian beliau dan itu bisa dilihat dari pencapaian beliau saat ini," tegas Gus Aiz yang juga salah seorang cucu pendiri NU KH. Hasyim Asyari seperti dalam keterangan tertulis.
Gus Aiz mengingatkan bahwa PBNU tetap berpijak kepada keputusan Muktamar NU ke-28 di Krapyak, Jogjakarta, dan PBNU tetap terbuka dengan kegiatan halaqah sebagaimana yang diselenggarakan di Ponpes Tebuireng.
Sementara terkait dukungan terhadap KH. Ma'ruf Amin, Gus Aiz mengatakan, tentu hal itu tidak terlepas dari dinamika politik kebangsaan dan situasi politik nasional yang menghendaki mantan Rais Aam PBNU itu menjadi cawapres mendampingi petahana Joko Widodo.
"Terlepas dari permasalahan-permasalahan furu'iyyah, warga Nahdliyyin mempunyai kewajiban moral untuk mengantarkan beliau," demikian Gus Aiz.
Halaqah Nahdliyah Khitthah mencetuskan keinginan mereka untuk menjaga netralitas NU. Tidak terlibat dalam politik praktis, politik kepartaian maupun perebutan kekuasaan.