Surabaya Belum Punya Ikon Batik, Desain Masih Campuran dari Kearifan Lokal
Hingga saat ini, belum ada penetapan motif batik yang menjadi ikon/identitas Kota Surabaya.
Editor: Sugiyarto
"Ini bisa sebagai acuan motif perajin, meski nantinya desain dipadukan kearifan lokal lainnya," papar Wulan.
Kebijakan penerapan ikon batik Surabaya itu diprediksi bisa sebagai ajang promosi Kota Surabaya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Surabaya, Wiwik Widayati menyatakan, perajin batik bebas dan terbuka mengembangkan karakter batik khas Surabaya.
"Tidak ada larangan mengembangkan motif batik sesuai karakter Surabaya. Bebas berkreasi," kata Wiwik, Senin (5/11/2018).
Namun, sebaiknya saat memasukkan motif batik itu bisa memasukkan unsur keunikan di Surabaya. Tidak harus melulu motif daun semanggi atau daun lain. Bisa pula ikon-ikon lain dijadikan inspirasi motif batik.
Selama ini, sejumlah motif khas Surabaya telah dikembangkan para pembatik. Mulai motif daun jarak, bambu runcing, Suramadu, dan sura baya. Juga, motif Tugu Pahlawan, kembang turi, dan rel sepur Dupak.
Terpisah, Wakil Ketua Harian Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Kota Surabaya, Wirasno menyatakan, kecenderungan batik di Surabaya adalah yang bukan budaya turun termurun.
Batik di Surabaya ini, lanjutnya, lahir karena kehendak pasar. Wajar jika sekarang muncul motif batik populer. Ada motif Suro dan Boyo hinggga motif Tugu Pahlawan.
Sekilas, tak ubahnya seperti kaus yang di sablon. Namun karena keinginan pasar tidak salah dengan motif itu.
"Batik itu lahir ada yang karena turun temurun dan membudaya, sehingga bernilai ekonomi. Namun, ada pula yang murni motif komoditas pasar. Surabaya termasuk yang kedua," papar Wirasno.
Namun, sebaiknya para perajin tidak perlu pusing dengan motif dan corak, justru lebih menguatkan karakter batiknya.
"Inilan yang disebut batik pengembangan," ulasnya. (don/fai)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.