Ihwan Datu Adam Silaturahmi ke Pondok Pesantren Al-Banjari Balikpapan
Pada kesempatan ini, Ihwan menyerap aspirasi yang diterima langsung oleh Pimpinan Ponpes KH Prof. Syarwani Juhri.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Mengawali masa reses I tahun sidang 2018-2019 Ihwan Datu Adam Anggota Komisi VII DPR-RI dari Daerah Pemilihan Kalimantan Timur bersilaturahm ke Pondok Pesantren Al-Banjari Balikpapan.
Pada kesempatan ini, Ihwan menyerap aspirasi yang diterima langsung oleh Pimpinan Ponpes KH Prof. Syarwani Juhri.
Selain menyerap aspirasi, Ihwan juga menyalurkan bantuan berupa satu unit motor sampah yang merupakan program kerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta pembuatan sumur bor yang bekerjasama dengan Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM).
Ihwan mengucapkan selamat Hari Santri yang baru saja diperingati kepada segenap santri dan pengurus ponpes yang hadir.
"Ponpes merupakan kawah candra dimuka mencetak kader dan calon pemimpin bangsa yang memiliki kesadaran multi dimensi antaralain berupa dimensi ke-islaman dan keumatan, serta dimensi kebangsaan dan ke-Indonesiaan," ujar Ihwan, Rabu (7/11/2018).
Menurut Ihwan, sejak zaman penjajahan ponpes menjadi tempat pendidikan utama masyarakat tanpa mengenal lapisan sosial yang kala itu masih feodalistik, karena islam merupakan agama yang memegang prinsip egaliter.
"Berbeda dengan lembaga pendidikan yang didirikan pemerintah kolonial yang hanya mengakomodir pribumi dari golongan priyayi atau ningrat," ujarnya.
Menurut dia, pesantren telah hadir menjadi penerang yang memberikan pencerahan kepada umat untuk memiliki kesadaran baik di bidang ekonomi, bidang sosial budaya dan di bidang politik.
"Kesadaran inilah yang menjadi pandu dan pendorong bagi para pemimpin bangsa kala itu untuk memperjuangkan kemerdekaan dengan melakukan perlawanan terhadap penindasan dan kebathilan," katanya.
Sejatinya lembaga pendidikan bebas nilai namun, menurut Ihwan, dalam praktek tak pernah bebas nilai. Sering dijadikan sebagai alat pelayan dan pelanggeng kekuasaan.
"Ini berbeda dengan pesantren dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Pesantren tidak lahir dan dibentuk oleh penguasa kolonial pada masa itu, sebaliknya menjadi penyemai perlawanan terhadap kekuasaan kolonial," katanya.
Di pesantrenlah para pejuang mengorganisir dan mengkonsolidir kekuatan untuk melawan penjajah.
"Saya menaruh harapan besar semangat ini tetap menyala dan menjadi energi penggerak bagi Ponpes Al-Banjari. Tentunya berbeda dengan zaman penjajahan," kata Ihwan.
Dikatakan bahwa dahulu musuh kita penjajah.
"Sekarang musuh utama kita adalah kebodohan dan kemiskinan. Ponpes mesti menjadi kawah candra dimuka untuk menampilkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.