Gubernur NTB Berdialog Langsung dengan Masyarakat Lewat Acara Jumpa Bang Zul-Umi Rohmi
Acara dialog tersebut dilaksanakan pada setiap hari jumat jam 07.00 - 09.00 WITA yang sudah dimulai sejak Jumat 12 Oktober 2018 di Kantor Gubernur
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memasuki 1 bulan kepemimpinannya, Gubernur NTB Zulkieflimansyah menggelar acara tatap muka dan berdialog langsung dua arah dengan masyarakat.
Acara tatap muka bertajuk 'Jumpa Bang Zul-Umi Rohmi' tersebut merupakan invonasi Gubernur NTB di dalam segala bidang, termasuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana gempa bumi.
Baca: Gubernur NTB Lepas 13 Penerima Beasiswa S2 NTB Angkatan Pertama ke Polandia
Acara dialog tersebut dilaksanakan pada setiap hari jumat jam 07.00 - 09.00 WITA yang sudah dimulai sejak Jumat 12 Oktober 2018 di halaman Kantor Gubernur.
"Di acara Jumpa Bang Zul-Umi Rohmi, yang digelar setiap hari Jum’at di halaman Bumi Gora Kantor Gubernur dan di pendopo Gubernur, dan nantinya di seluruh wilayah NTB di Pulau Lombok maupun Sumbawa, masyarakat dapat berdialog langsung dan bertemu dengan saya dan Ibu Wagub,” jelas Gubernur yang akrab dipanggil Doktor Zul itu, dalam keterangannya, Jumat (9/11/2018).
Pada Jumat 2 November 2018, program ini berhasil digelar di dua pulau besar NTB dalam satu hari.
Pagi hari digelar di Lapangan Kantor Gubernur NTB di Mataram, sore harinya langsung digelar juga di Pulau Sumbawa, tepatnya di Kabupaten Sumbawa.
Sementara, bagi masyarakat yang belum dapat hadir dalam acara tersebut, Pemprov NTB juga mengembangkan aplikasi NTB Care.
Warga NTB dapat menyampaikan aspirasinya dengan mendownload aplikasi NTB Care melalui ponsel Android.
“Pengaduan dan masukan dan saran, gagasan maupun kritikan, silakan disalurkan melalui NTB Care. Insya Allah kami serap, salurkan melalui OPD terkait, dan segera ditindaklanjuti secepatnya. Demi NTB yang lebih baik, nyaman dan maju sejahtera juga adil merata,” kata Gubernur Zulkieflimansyah.
"Bagi kami ini bukan lagi semata kewajiban, tapi sudah kami anggap sebagai kebutuhan. Sebuah kanal atau wadah komunikasi dua arah antara stakeholder dan shareholder sebuah pemerintahan, baik yang bersifat top down maupun bottom up. Minimal dengan forum seperti ini, rakyat bisa didengar dan dilayani, selanjutnya kami sebagai pelayan dan pengabdi masyarakat bisa meneruskannya dalam bentuk respon langsung dan tindak lanjut yang konkret," katanya.
Di Jumpa Bang Zul-Umi Rohmi perdana di Pulau Sumbawa, Doktor Zul mendengarkan banyak aspirasi warga di beragam bidang.
Mulai dari keluhan kondisi hutan Sumbawa yang menurun kualitasnya karena pembalakan liar, alih fungsi lahan atau dilanda kebakaran, revitalisasi pasar tradisional, kerusakan infrastruktur jalan, jembatan, hingga kondisi penerangan jalan yang memprihatinkan.
"Inilah tantangan bagi para kepala daerah dan jajaran pembantunya. Bagaimanapun cara dan mekanismenya, amanah dan tanggung jawab wajib dilaksanakan," katanya.
Gubernur mengatakan, monitoring pelaksanaan dan penuntasan setiap keluhan warga adalah kuncinya.
Tenggat waktu untuk memberikan solusi yang riil, kata Doktor Zul,menjadi pekerjaan rumah ia berikan kepada para pengampu kebijakan di Pemda/ Pemkot di Lombok maupun Sumbawa. "Mulai saat ini. Insya Allah efektif dan efisien," ucapnya.
"Spirit program "Jumpa Bang Zul-Umi Rohmi" saya terjemahkan ke dalam berbagai forum yang memungkinkan digelar di mana saja, kapan saja dan apa saja wujudnya," katanya menambahkan.
Silaturrahim langsung, alias rapat tatap muka langsung dengan warga maupun para aparat pemerintahan tingkat paling dasar seperti kepala desa atau lurah untuk membahas percepatan pemulihan atau penanganan pascabencana tahap rekonstruksi pun intens digelar.
Baca: Pengalaman NTB Bisa Dijadikan Penanganan Bencana Sulteng
Seperti misalnya, pertemuan hangat dengan para kades dari Lombok Timur, Bima dan Dompu pertengahan pekan ini di pendopo rumah dinas Gubernur NTB setelah subuh berjamaah atau ba'da maghrib.
"Medium curah pendapat untuk membahas bagaimana prosedur praktis pembentukan kelompok masyarakat (pokmas), demi mempercepat proses transfer dana pembangunan kembali rumah warga terdampak gempa. Ujung-ujungnya adalah untuk mempersingkat proses renovasi dan atau pembangunan ulang dengan pilihan risha (rumah instan sehat sederhana), riko (rumah instan konvensional) atau rika (rumah instan kayu)," tuturnya.