Kisah Putri, Penyintas Gempa dari Perumnas Balaroa: Ayah Ibunya Meninggal Terjepit Tanah Terbelah
Mama dan papa Putri termasuk salah satu dari ratusan korban meninggal yang ditemukan di area likuefaksi Perumnas Balaroa.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Sorot matanya yang tajam tidak menampakkan kemurungan apalagi duka. Ia sudah bisa tertawa lepas dengan kawan-kawannya.
Bermain dan membaur, melupakan semua duka yang pernah mengendap lebih dari satu bulan silam.
Kini, tiap siapapun yang menyapa, senyumannya pun segera merespons. Pertama melihat, dipastikan segera jatuh hati dengan senyumnya.
Sembari mengulurkan tangan, ia mengenalkan diri dengan nama Nurul Aprilia Putri Wantania (8), seorang anak yang tangguh hatinya, berasal dari Perumnas Balaroa, perumahan yang habis diremukkan fenomena likuefaksi di Kota Palu.
Putri, begitu ia dikenal di antara teman-teman sebayanya di Desa Enu, Kecamatan Sindue.
Meski Putri bukan bocah asal Desa Enu, semua anak-anak penyintas gempa di Desa Enu kenal dengan Putri.
Baca: Sahluki, Istri dan Erikawati Terjungkal di Dekat Rel, Tubuh Bocah Itu Terlepas dari Pegangan Ibunya
Sudah sebulan lebih Putri dan kakak kandungnya, Arya, tinggal bersama tantenya, Mahdiyah (44), di Enu.
Sang tante kini menjadi pengganti orang tua Putri dan Arya.
Mereka memulai kembali lembaran baru di titik nol, bangkit dari duka mendalam sejak hari nahas itu, Jumat (28/9/2018).
Dengan wajah yang lugu, Putri membuka ceritanya.
"Mama deng (dengan) Papa saya lagi di surga," ucapnya..
Putri, selamat dari likuefaksi Balaroa.
Sore itu, Jumat (28/9/2018), adalah momen yang tak mungkin dilupakan oleh Putri, momen di mana ia berpisah selama-lamanya dengan kedua orang tuanya.
Putri bercerita, menjelang Magrib di hari duka itu, ia dan papanya berada di luar rumah, sementara kakak dan mamanya sedang di dalam rumah.
Baca: Buronan Kejati Jabar Didi Supriadi Hidup Mewah Selama 2 Tahun Pelariannya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.