13 Sekolah di Kota Denpasar Terendam Banjir, Siswa Dipulangkan Lebih Awal
Banjir di SDN 6 Panjer menyebabkan kegiatan belajar mengajar tak bisa dilaksanakan karena semua ruang kelas terendam.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Hujan yang mengguyur wilayah Bali, Kamis (15/11/2018) dini hari menyebabkan banjir di beberapa titik di Kota Denpasar.
Banjir terparah terjadi di SD Negeri 6 Panjer, Jalan Waturenggong, Gang XVII C, Denpasar. Halaman sekolah pun berubah jadi kolam renang.
Banjir di SDN 6 Panjer menyebabkan kegiatan belajar mengajar tak bisa dilaksanakan karena semua ruang kelas terendam.
Alhasil, siswa pun dipulangkan lebih awal yaitu pukul 08.30 Wita.
Namun, beberapa siswa masih terlihat bertahan di sekolah. Mereka memanfaatkan “kolam renang” di halaman sekolahnya untuk berenang gratis.
Bak perenang handal, mereka melompat dari depan tiang bendera dan menceburkan dirinya ke dalam kubangan air keruh di halaman sekolahnya.
"Ini belum seberapa, kalau sudah puncaknya musim hujan bisa lebih tinggi," kata salah seorang guru yang tinggal di mes sekolah, AA Putu Oka Wirati, Kamis (15/11/2018) pagi.
Sekolah ini memang menjadi langganan banjir sejak baru berdiri yaitu tahun 1983.
Sebelum SDN 6 Panjer berdiri, daerah ini merupakan rawa yang selalu jadi langganan banjir.
Menurut Wirati yang juga tinggal di mes sekolah, air mulai naik pukul 01.30 Wita dini hari.
Ketinggian air mencapai 80 cm yang menyebabkan ruang kelas ikut terendam setinggi 30 cm.
Wirati menambahkan kondisi ini terjadi setiap tahun dan tahun 2018 sudah terjadi dua kali banjir seperti ini.
"Bulan lalu pas hujan pertama juga begini. Ini air dari jalan karena sungainya lebih rendah dari air di jalan," kata guru kelas I ini.
Kondisi ini juga diakibatkan penyempitan sungai di dekat sekolah, yaitu Tukad Pakerisan yang awalnya sungai berubah jadi sebesar got sehingga air naik ke jalan dan masuk ke sekolah.
Baca: Takut Ditembak Mati, Dua Tersangka Kasus Pembunuhan Sopir Taksi Online Menyerahkan Diri
Ia menambahkan bahwa kondisi ini sudah lebih baik ketimbang beberapa tahun sebelumnya.
Hal ini setelah tanggul sungai yang ada di utara sekolah dinaikkan menjadi 1,5 meter dengan biaya urunan.
Sementara itu, Kepala SD Negeri 6 Sesetan, Ketut Arka menambahkan semua ruang kelas yang berjumlah 12 kelas terendam yang memaksanya untuk memulangkan semua siswa lebih awal.
"Di sini ada 546 siswa. Dan kondisinya kurang kondusif untuk belajar. Kami juga tidak bisa mengawasi 500-an siswa dalam kondisi saat ini, bisa saja siswa main air dan nanti mereka sakit," kata Arka.
Kondisi ini menurutnya akan terus berlangsung hingga Februari.
"Sejak tahun 2012 saya jadi kepala sekolah di sini. Dan awalnya kaget mendapati kondisi seperti ini. Dulu awal-awal saya di sini warna airnya biru pekat dan banyak lumpur, sekarang sudah mendingan," katanya.
Ia pun telah melaporkan hal ini kepada Dinas Pendidikan Kota Denpasar, dan sekolah ini harus ditinggikan.
Namun sampai saat ini belum ada realisasinya.
"Pernah minta penyedot, tapi dibilang tidak bisa. Kalau airnya 1 meter tingginya baru bisa disedot. Mungkin biar sekolah kami tenggelam baru bisa," tuturnya dengan nada memelas.
Tak hanya sekolah, mes guru juga ikut terendam. Untuk antisipasi di musim hujan, para guru pun membuat beton yang tinggi.
"Tempat tidur dinaikkan dengan membuat beton yang tinggi. Kalau dulu tenggelam, semua basah. Sekarang kami sudah menggunakan pengalaman sebelum-sebelumnya," kata Wirati, yang tinggal di mes guru.
Dari pantauan Tribun Bali, air masuk ke dalam rumah mes guru. Tak ada aktivitas yang bisa dikerjakan selain menunggu air surut.
"Sore baru surut airnya ini. Kalau hujan lebat lagi ya tetap banjir lagi," katanya.
Lapor ke Disdikpora
Banjir musiman juga kembali terjadi di SMP PGRI 7 Denpasar, Panjer, Denpasar.
Menurut Kepala SMP PGRI 7 Denpasar, Ketut Riasa, banjir yang merendam sekolahnya setinggi lutut orang dewasa.
Baca: Kerangka Tubuh Sofyan Ditemukan Tak Utuh Lagi, Tersangka Sempat Mengaku Lupa di Mana Membuang Jasad
"Paginya tinggi air setinggi lutut orang dewasa. Sekarang sudah surut airnya," kata Riasa ketika ditemui di sekolahnya, kemarin.
Ia menambahkan banjir selalu terjadi setiap tahun di sekolahnya, namun hanya terjadi di awal musim saja.
"Ini terjadi setiap tahun jika hujan lebat pertama saja. Karena aliran sungai di sebelah sekolah mampet oleh sampah. Selain itu sekolah kami juga berada lebih rendah dari aliran sungai," katanya.
Hal ini juga diperparah dengan kurangnya resapan air di sekolah karena semua disemen.
Karena banjir tersebut siswa yang berjumlah 337 orang terpaksa dipulangkan lebih awal yaitu pukul 07.00 Wita.
"Tujuh lokal (ruangan) dari sembilan lokal sekolah kami terendam. Padahal hari ini juga ada penilaian kinerja guru," imbuhnya.
Menurut laporan yang diterima Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar, terdapat tujuh sekolah di Kota Denpasar yang terendam banjir.
"Ketujuh sekolah yang melaporkan dilanda banjir ke Disdikpora yaitu SDN 13 Sesetan, SDN 18 Sesetan, SDN 6 Panjer, SDN 9 Pedungan, SDN 10 Pedungan, SDN 9 Sesetan, dan SMP PGRI 7 Denpasar,” kata Kabid Pendidikan SD dan Pendidikan SMP, AA Wiratama, kemarin.
Sebanyak empat sekolah memulangkan siswanya lebih awal karena banjir yaitu SDN 13 Sesetan, SDN 18 Sesetan, SDN 6 Panjer, dan SMP PGRI 7 Denpasar.
Sekolah yang memulangkan siswa akan dicarikan pengganti oleh kepala sekolahnya.
"Nanti pelajaran diganti hari berikutnya yang dicarikan oleh Kasek," ujar Wiratama.
Terjebak Banjir
Sementara itu, berdasarkan data BPBD Kota Denpasar, Disdikpora Kota Denpasar, dan pantauan Tribun Bali, setidaknya ada 28 lokasi yang mengalami kebanjiran di Kota Denpasar, dimana 13 di antaranya adalah sekolah.
Selain itu terjadi juga pohon tumbang di Jalan Puputan Renon dekat Plaza Renon dan Jalan Pulau Moyo dekat perumahan Jadi Pesona Pedungan.
BPBD Kota Denpasar juga melakukan evakuasi tiga orang yang terjebak banjir di Perumahan Padang Indah Permai IX No.7 Padangsambian atas nama Bela (3), Enzo (2), dan Bu Mar (38).
Ketiganya berhasil diselamatkan dengan keadaan sehat.
Kepala BPBD Kota Denpasar, Ida Bagus Joni Ariwibawa, mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk penanggulangan banjir ini.
"Kami mempunyai empat posko yang siap siaga untuk melayani kegawatdaruratan di Kota Denpasar selama 24 jam," katanya.
Pihaknya juga menyiagakan 35 orang personil saat malam hari dan 30 personil pada siang hari guna mengatasi adanya kemungkinan kegawatdaruratan.
Menurutnya di Denpasar ada beberapa titik yang memang menjadi langganan banjir setiap tahunnya.
Titik banjir tersebut meliputi Perumahan Gunung Sari, Padangsambian Kaja, Jalan Pura Demak, Pemecutan Kelod, Jalan Gunung Payung di Padangsambian Kelod dan Bumi Ayu Sanur.
Sementara Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, IB Putra Wirabawa, mengatakan pihaknya sudah memaksimalkan pengelolaan kebersihan dan persampahan melalui sistem swakelola untuk mencegah adanya sampah masuk ke drainase.
Kabid Sumber Daya Air DPUPR Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Putra Sanjaya juga menambahkan pihaknya telah secara rutin melaksanakan penggelontoran drainase.
Hal lainnya yang dilaksanakan yakni merivisi design eksisting saluran berupa sodetan dan membuat penampang tersusun dengan menurunkan elevasi saluran.
"Kami secara rutin terus melakukan upaya guna meminimalisir adanya banjir dan genangan, namun karena tingginya intensitas hujan dan volume air maka akan terjadi genangan, namun itu sifatnya sementara saja, dan diperlukan juga partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah ke saluran air," katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul Bali Diguyur Hujan 13 Sekolah Terendam Banjir di Kota Denpasar, Sekolah Ini Jadi Kolam Renang