Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PDIP Promosikan Kekayaan Kuliner Malang Raya

Dalam setiap kunjungan konsolidasi ke daerah, PDI Perjuangan memiliki tradisi unik.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in PDIP Promosikan Kekayaan Kuliner Malang Raya
Ist/Tribunnews.com
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam satu momen memasak. 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG -  Dalam setiap kunjungan konsolidasi ke daerah, PDI Perjuangan memiliki tradisi unik.

Yakni mendatangi kuliner rakyat sekaligus mempromosikan makanan Indonesia yang dikenal begitu kaya dengan aneka bumbu serta cita rasa.

Tradisi itu juga dilakukan oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, yang memilih makan di Warung Rampal di Jalan Soedirman 17a, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (20/11/2018).

Hasto ditemani Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat dan Sri Rahayu, serta Sekretaris DPD PDIP Jawa Timur Sri Untari, berkunjung ke Malang Raya untuk konsolidasi sekaligus berziarah ke Makam Bung Karno ke Blitar, Jawa Timur.

"Kami sengaja mendatangi Warung Rawon dan Soto Rampal di Kota Malang ini. Rawon ini menjadi salah satu kegemaran Presiden Jokowi," kata Hasto.

Suasana rumah
Suasana rumah makan Warung Rampal di Jalan Soedirman 17a, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (20/11/2018) dengan latar belakang foto saat Presiden Presiden Jokowi mampir di warung itu.

"Saya tadi makan. Perpaduan bumbu kluwak, bawang, berambang, jahe, tumbar, kemiri, dan lain-lain. Pantas bila menjadi menu andalan wisata kuliner di Kota Malang," ujar Hasto.

Baca: Usai Sarapan Pagi di Malang, Djarot Diintai Sejumlah Ibu

Pemilik Warung, Ninik Wahyuni mengaku tempatnya itu berdiri sejak 1957.

Berita Rekomendasi

Diakuinya, warungnya makin terkenal setelah didatangi Presiden Jokowi. Orang-orang menyebut warungnya sebagai 'Warung Presiden'. Kedatangan Presiden Jokowi itu pada 17 April 2017.

"Senang banget waktu Pak Jokowi datang. Kaget lah. Sama seperti ini Pak Hasto dan Pak Djarot datang," kata Ninik.

Ketika ditanya soal adanya kelompok politisi yang menyebut bisnis kecil makin susah karena harga barang-barang naik, Ninik mengaku bisnisnya lancar-lancar saja. Pengunjung tetap ramai mendatangi warungnya.

"Kalau dibilang harga mahal atau tidak itu kan tergantung. Harga barang wajar lebih mahal. Karena UMR (Upah Minimum Regional) kan juga naik. Ya harga boleh naik juga dong," kata Ninik.

"Bagi kami ini, yang penting itu barangnya (bahan baku, red) itu masih ada, tersedia. Dan kita masih bisa beli," lanjutnya.

Kembali ke soal kuliner. Hasto mengatakan apa yang dilakukan pihaknya tidak terlepas dari tradisi yang dimulai Bung Karno. Ketika Konferensi Asia Afrika diadakan tahun 1955, aneka masakan khas Indonesia disajikan kepada para delegasi.

Menunya, seperti rujak cingur, soto ayam, karedok, ayam goreng, getuk lindri, dan lain-lain. Kata Hasto, semua ditampilkan dengan penuh kebanggaan karena komitmen ideologis.

"Bahwa dari lidah dan perut rakyat Indonesia tidak boleh terjajah oleh makanan impor," katanya.

Ketua Umum Megawati Soekarnoputri pun memiliki perhatian yang sangat besar terhadap kuliner nusantara.

Kata Hasto, Megawati selalu mengumpulkan resep makanan Indonesia. Tidak hanya itu, seluruh tanaman bumbu-bumbuan nusantara pun ditanam dan dikembangkan oleh Megawati.

"Maka itu Indonesia harus bangga karena kekayaan bumbu-bumbu masakannya paling lengkap sedunia," tandas Hasto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas