Dari Sendal Eceng Gondok, Desa Ini Raih Penghargaan Tingkat Nasional
Selain dari menyulap eceng gondok menjadi sendal, membuat pabrik batako, budidaya madu kelulut hingga inovasi membuat timbangan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MARTAPURA - Sejumlah inovasi dari Desa Cabi Kecamatan Simpangempat Kabupaten Banjar menarik perhatian Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI.
Desa itu masuk dalam nominasi Desa Terbaik Nasional kategori Prakarsa dan Inovasi Desa tahun 2018, penghargaan diserahkan oleh Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Taufik Madjid kepada Kepala Desa Cabi, Pahrul Hidayat di Jakarta 29 November 2018 lalu.
Penghargaan itu kini diboyong ke Kabupaten Banjar dan diserahkan seusai apel ruti mingguan di halaman Pemkab Banjar kepada Bupati Banjar, H Khalilurrahman didampingi Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, H Aspihani, Senin (3/12).
Kepala Desa Cabi, Pahrul Hidayat bersyukur atas penghargaan yang diraih.
Pihaknya menyadari bahwa di Desa Cabi minim kekayaan alam, sehingga terus melahirkan inovasi-inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri, serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Desa Cabi.
Banyak sekali kegiatan inovasi yang dilakukan warga di desa tersebut.
Selain dari menyulap eceng gondok menjadi sendal, membuat pabrik batako, budidaya madu kelulut hingga inovasi membuat timbangan anak balita berbentuk pesawat tempur.
"Desa Cabi tidaklah kaya akan sumber daya alam seperti tempat lain. Namun keinginan warganya untuk maju sangatlah tinggi, sehingga tidak susah baginya untuk mengajak mereka berkreasi dengan memanfaatkan alam sekitar," katanya.
Bermodalkan dana desa, mereka mulai mencoba memanfaatkan eceng gondok yang ada di wilayah mereka untuk dijadikan berbagai kerajinan.
“Kami minta bimbingan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, bagaimana membuat sendal dan kerajinan lain seperti tempat tisu dari eceng gondok. Alhamdulillah, bisa dan ternyata laku dijual,” katanya.
Selain itu bersama warganya, juga mengembangkan ternak lebah madu khususnya madu kelulut.
Pahrul menyadari bahwa di desanya banyak warga yang memiliki kebun karet dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi budidaya lebah madu.
Saat ini, warga selain mendapatkan penghasilan dari kebun karet, mereka juga ada penghasilan tambahan dari menjual madu kelulut.
Bukan hanya itu, bersama dengan pengurus Bumdes setempat membangun pabrik batako yang pembelinya juga merupakan warga setempat.
“Jadi warga di sini diminta untuk membeli batu bata hasil produk sendiri, sehingga bisa menikmati hasilnya secara bersama,” imbuhnya.