Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Panen Raya, Harga Salak di Banjarnegara Anjlok Sampai Rp 1.500 per Kg

Harga buah di tingkat petani tersebut terjun bebas di banding saat musim normal, berkisar Rp 1.500 sampai Rp 2.000 perkilogram.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Panen Raya, Harga Salak di Banjarnegara Anjlok Sampai Rp 1.500 per Kg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki

TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Panen raya mestinya jadi berkah tersendiri bagi para petani buah salak di Kabupaten Banjarnegara

Sayang, panen raya kali ini tak diimbangi dengan harga yang bersahabat.

Harga buah di tingkat petani tersebut terjun bebas di banding saat musim normal, berkisar Rp 1.500 sampai Rp 2.000 perkilogram.

Karyanto, petani salak asal Desa Prendengan Kecamatan Banjarmangu Banjarnegara mengatakan, turunnya harga salak membuat petani susah mendapatkan untung.

Mereka merasakan kelimpahan hasil panen, namun tak menikmati manisnya keuntungan saat produk itu dijual.

"Sekarang harga salak lagi jatuh,"katanya

Berita Rekomendasi

Menurut Karyanto, harga salak mulai turun sejak sebulan terakhir ini. Sebelumnya, harga salak masih di angka normal antara Rp 3.500 sampai Rp 4.000 perkilogram.

Anjloknya harga salak ini sudah lazim terjadi saat penghujung tahun. Sebabnya, kata Karyanto, saat ini juga tengah memasuki musim panen buah tahunan semisal Mangga dan Rambutan.

Berbeda dengan salak, dua jenis buah itu umumnya panen setahun sekali.

Masyarakat harus menunggu musim panen, sekitar November-Desember untuk bisa menikmati buah tersebut dengan harga terjangkau.

Tak pelak, saat panen raya tiba, seperti saat ini, banyak masyarakat beralih membeli buah tersebut yang melimpah di pasaran.

Ada pula buah durian yang kini juga tengah memasuki musim panen sehingga memperketat persaingan harga buah di pasaran.

Komoditas buah yang memiliki durasi panen lebih singkat semisal salak pun tersisihkan.

"Harga anjlok karena lagi musim buah lain seperti mangga dan rambutan,"katanya

Harga salak yang rendah ini diperkirakan masih akan bertahan hingga beberapa bulan ke depan. Karyanto mengatakan, biasanya, harga salak yang anjlok berlangsung cukup lama, sekitar 3-4 bulan.

Dengan kata lain, harga salak masih akan anjlok sampai penghabisan musim buah tahunan.

Beriringan dengan musim panen Mangga dan Rambutan, tanaman buah lain semisal Duku pun tengah menunggu panen dan siap mendominasi pasar.

Seiring dengan berkurangnya produksi buah tahunan itu, harga jual salak biasanya akan berangsur normal atau naik.

Sayangnya, giliran harga salak naik atau normal di kisaran Rp 3000 hingga Rp 4000 perkilogram, produksi salak di tingkat petani biasanya juga menyusut. Sehingga petani tak bisa menikmati harga tinggi tersebut karena hasil panen mereka langka.

"Saat melimpah harga murah, saat harga mahal salaknya langka,"katanya

Eko Purwanto, petani salak asal Desa Bantar Kecamatan Wanayasa merasakan hal sama. Tak beda dengan daerah penghasil salak lain di Banjarnegara, harga salak di desanya pun kini tengah anjlok.

Petani di desanya menjual salak ke tengkulak sekitar Rp 2.000-3.000 perkilogram. Ini lebih rendah dari harga normal antara Rp 3.500-5.000 perkilogram.

Petani di desanya, tepatnya di Dusun Sikenong bahkan pernah merasakan harga salak terendah, yakn Rp 500 perkilogram, Maret 2018 lalu.

Sebabnya, jalan menuju dusun tersebut putus karena longsor. Susahnya akses transportasi membuat tengkulak menurunkan harga salak yang mereka beli dari petani.

"Harga salak sekarang anjlok pemicunya lagi musim buah yang lain," katanya.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas