Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bekerja di Provider Telekomunikasi, Irawan Maulana Nyaris Jadi Korban Penembakan KKB di Nduga Papua

Irawan Maulana (22), warga Kampung Papandak, Kabupaten Garut selamat dari penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Bekerja di Provider Telekomunikasi, Irawan Maulana Nyaris Jadi Korban Penembakan KKB di Nduga Papua
Tribunjabar/Firman Wijaksana
Uyu (60), ibu Irawan Maulana bersama kakaknya Maspupah (27), saat ditemui di rumahnya Kampung Papandak, Desa Sukamenak, Kecamatan Wanaraja, Jumat (7/12/2018). Irawan Maulana menjadi salah satu korban selamat penembakan di Nduga, Papua. 

TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Irawan Maulana (22), warga Kampung Papandak, RT 02/06, Desa Sukamenak, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut selamat dari penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua.

Meski selamat, keluarga belum mengetahui waktu kepulangan Irawan Maulana ke Garut.

Irawan Maulana tak bekerja di PT Istaka Karya yang tengah membangun jembatan jalur Trans Papua di Nduga.

Irawan Maulana bekerja di salah satu provider telekomunikasi.

Tugas Irawan Maualana memasang kabel-kabel telekomunikasi.

Saat kejadian penembakan, Irawan Maualana memang tengah berada di lokasi.

Irawan Maulana kini berhasil diselamatkan TNI dan berada di Wamena.

Berita Rekomendasi

"Informasi terakhir adik saya ada di Wamena. Cuma enggak tahu kapan pulang ke Garut," ujar Maspupah (27), kakak Irawan Maulana saat ditemui Tribun Jabar (Tribunnews.com Network) di rumahnya, Jumat (7/12/2018).

Baca: Dua Jenazah Korban Penembakan KKB di Papua Diterbangkan ke Medan dan NTT

Maspupah yang didampingi ibunya Uyu (60), awalnya enggan memberikan keterangan saat Tribun tiba.

Keduanya mengaku kaget karena sejak Kamis (6/12) banyak orang yang datang ke rumah.

"Saya juga baru tahu kemarin (Kamis) kalau adik saya hampir jadi korban penembakan. Banyak tentara sama polisi ke rumah," ucapnya.

Irawan Maualan selama ini memang tak banyak memberi kabar kepada keluarga. Sesekali Irawan menelepon kepada saudaranya.


Menurut Maspupah, Irawan sudah bekerja selama delapan bulan di Papua.

"Kalau dia (Irawan) telepon saya sama ibu juga enggak banyak ngobrol. Cuma kasih kabar saja kalau lagi kerja di daerah mana," katanya.

Diakui Maspupah, jika di kampungnya banyak yang bekerja ke Papua. Hanya saja setiap orang tak berada di satu lokasi yang sama saat bekerja. Irawan pun diajak temannya untuk bekerja di Papua.

"Sebelumnya dia kerja di Jakarta. Terus beberapa hari sebelum ke Papua baru bilang mau kerja di sana. Cuma bila kerjanya pasang kabel sinyal telepon. Enggak kasih tahu nama perusahaannya," ucapnya.

Meski sempat kaget karena adik bungsunya itu hampir menjadi korban penembakan, Maspupah sudah lega mendengar kabar adiknya selamat. Ia berharap adiknya bisa segera pulang dan berkumpul dengan keluarga.

Uyu, Ibu Irawan mengaku belum mengetahui waktu kepulangan anaknya ke Garut. Uyu mengaku jika Irawan sudah memberi kabar dan masih berada di Wamena.

"Kemarin dia kasih kabar kalau mau dibawa ke Wamena sama tentara. Cuma enggak tahu kapan pulangnya," ucap Uyu sambil matanya berkaca-kaca menjelaskan nasib anaknya.

Dari kabar terakhir yang didapat, Uyu menyebut jika Irawan mendapat pengawalan dari TNI selama berada di Papua pascapenembakan di jalur Trans Papua. Kepulangan ke Garut juga masih menunggu prosedur dari pemerintah. Ia hanya berharap anak bungsu dari lima bersaudara itu bisa segera pulang.

"Belum ada kabar lagi. Kemarin telepon cuma ngabarin sehat saja. Masih nunggu prosedur di sana (untuk kepulangan). Dikawal juga katanya selama di sana. Sekarang ada di wamena," katanya.

Uyu menyebut anaknya memang sengaja tak memberi kabar pascapenembakan karena tak ingin membuat khawatir keluarga. Aparat kepolisian dan TNI pun baru memberi tahu jika Irawan hampir menjadi korban penembakan pada hari Kamis.

"Kata polisi yang kemarin ke rumah memang sengaja baru dikasih tahu. Soalnya Irawan minta biar keluarga enggak tahu dulu," ujarnya.

Setelah mendapat kabar anaknya di Papua, Uyu baru melihat pemberitaan di televisi. Ia juga baru mengetahui jika ada penembakan di Papua. Uyu kini hanya bisa berdoa agar anaknya bisa segera kembali pulang.

"Saya jarang nonton TV di rumah. Soalnya dari pagi sampai sore kerja di kebun. Setelah tahu ada penembakan, baru kemarin nonton TV lagi. Ia titip pesan supaya keluarga tak banyak pikiran," katanya. (Tribun Jabar/Firman Wijaksana)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas