5 Fakta Asep Yaya, Bocah Bandung Barat yang Bernafas Mengeluarkan Suara Peluit
Terdapat lima fakta terkait Asep, bocah yang bernafas mengeluarkan suara peluit akibat tak sengaja menelan peluit sepanjang tiga sentimeter.
Penulis: Vebri
Editor: Fathul Amanah
TRIBUNNEWS.COM - Seorang bocah bernama Asep Yaya (9) mampu mengeluarkan bunyi peluit ketika napasnya terengah-engah.
Bocah yang bertempat tinggal di Kampung Cimalang, Desa Girimukti, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat ini tak sengaja menelan peluit yang bersarang di percabangan sistem pernapasannya saat sedang bermain pada 14 Oktober 2018.
Terdapat lima fakta terkait Asep, bocah yang bernafas mengeluarkan suara peluit akibat tak sengaja menelan peluit sepanjang 3 cm.
Tribunnews.com merangkum dari Kompas, Sabtu (22/12/2018), berikut fakta terkait kejadian yang menimpa Asep.
Baca: Kronologi Asep, Bocah Bandung Barat yang Tak Sengaja Telan Peluit hingga Akhirnya Bernapas Lega
1. Kronologi
Peristiwa ini terjadi beberapa bulan yang lalu, tepatnya tanggal 14 Oktober 2018.
Saat itu, Asep tengah bermain di rumah bibinya, sambi memainkan peluit yang didapatkannya dari sebuah sandal berbunyi.
Peluit yang terpasang pada sandal itu ia bongkar dan mainkan.
Namun saat Asep meniup-niup peluit sepanjang tiga sentimeter tersebut di mulutnya, peluit itu tak sengaja malah tertelan ketika dirinya tengah bermain dengan anak bibinya.
"Itu pet-petan bekas sandal. Saat itu saudaranya minta gendong dari belakang saat anak saya lagi main tiup-tiupan peluit. Pas digendong, dia jatuh, peluitnya malah ketelen," kata Subandi (49) ayah Asep yang ditemui di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Kamis (20/12/2018).
Mengetahui hal tersebut, bibinya kemudian mendatangi orang tua Asep, memberi kabar bahwa anaknya menelan sebuah peluit.
Subandi kemudian membawanya ke puskesmas terdekat sebagai penanganan pertama, namun puskesmas merujuk anak tersebut ke salah satu rumah sakit di daerah Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat.
2. Terkendala biaya operasi
Karena terkendala biaya, akhirnya Sobandi mengurungkan niatnya sementara waktu untuk mengambil peluit yang bersarang di saluran pernafasan Asep.
Pasalnya, saat itu, Sobandi mengaku belum memiliki BPJS, sementara keuangan keluarga sedang menipis.
Maklum sehari -hari Sobandi bekerja sebagai pencari ikan di Saguling.
Apa daya, Asep pun terpaksa hidup dengan peluit di saluran pernapasannya.
"Intinya saya enggak punya duit," tuturnya.
Baca: Peluit yang Bersarang di Saluran Pernapasan Asep Yaya Telah Berhasil Dikeluarkan Tim Dokter RSHS
3. Peluit bersarang di paru-parunya selama dua bulan
Selama dua bulan, Asep hidup dengan peluit di saluran pernapasanya.
Setiap bernapas, kecapekan, bunyi peluit kerap terdengar seiring ia bernapas terengah-engah.
Tak hanya itu, setiap tidur pulas dan batuk-batuk, bunyi peluit kerap terdengar.
"Selama dua bulan itu kalau jalan kecapekan, terus kalau tidur pulas, itu terdengar bunyi (peluit) nya," tuturnya.
Meski begitu, tak ada yang berubah dari fisik anak ketiga dari empat bersaudara tersebut, hanya saja Asep kerap mengeluh sesak ketika bernafas kecapekan. Kalau kecapekan memang suka mengeluh agak sesak, tapi kalau makan enggak apa-apa," katanya.
4. Tidak mau bersekolah
Akibat menelan paeluit tersebut, Asep jadi bahan ejekan teman-temannya.
Pasalnya suara peluitnya bisa keluar saat dia sedang kelelahan.
Kepada orang tuanya, Asep mengaku malu lantaran kerap menjadi ejekan teman-teman sekolahnya.
Bunyi peluit di tubuhnya itu menjadi penyebab ejekan tersebut.
Subandi sudah membujuknya berkali-kali untuk bersekolah, namun Asep tetap tak ingin bersekolah.
"Sekolah juga malu kalau kecapekan bunyi. Enggak sekolah udah satu bulan, kadang sekolah satu minggu dua kali. Dibujuk juga susah," tuturnya.
Meski begitu, Asep tetap bermain dengan teman-temannya dengan normal.
"Kalau main ya main sama teman-temannya, seperti biasa," katanya.
5. Operasi berhasil akibat dituntun suara peluit
Sementara itu, Kepala KSM Ilmu Kesehatan RSHS Bandung Dr Lina Lasminingrum, Sp,THT-LK, mengatakan, Asep tiba di RSHS Bandung Rabu (19/12/2018) siang sekitar pukul 14.00 WIB.
Menurutnya, posisi peluit tersebut bersarang di percabangan utama dari jalan udara pada sistem pernapasan alias bronchus Asep.
"Peluitnya bersarang di percabangan utama dari bronkus kiri," kata Lina.
Untuk mengeluarkannya, dokter perlu melakukan observasi selama sehari.
Pasalnya, peluit yang tertelan itu tidak terlihat pada proses rontgen.
Dokter berhasil mengangkat benda yang terbuat dari plastik itu pada Kamis (20/12/2018).
Dokter bersyukur, benda berukuran kecil yang bersarang di kedalaman 18 cm di percabangan utama dari bronkus kiri Asep tak sampai menutup saluran pernafasannya.
Namun, bunyi peluit yang dikeluarkan Asep melalui tarikan nafasnya itu membantu tim untuk memperkirakan letak peluit yang bersarang dalam bronchus pasiennya.
"Untungnya ini peluit, jadi ada bunyinya. Bunyinya sendiri yang memberikan arahan kepada kami dimana posisinya," ungkap Lina.
Peluit tersebut, lanjutnya, berada di kedalaman 18 sentimeter di percabangan utama dari bronchus kiri Asep.
(Tribunnews.com/Vebri)