Buka Kantong Jenazah Biru, Ade Nugraha : Ini Tya Anak Saya
Pasutri Ade Nugraha dan Tini Kartini duduk termenung di areal Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kober, Kemang Pratama,
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Pasutri Ade Nugraha dan Tini Kartini duduk termenung di areal Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kober, Kemang Pratama, Bekasi, Jawa Barat, Senin (24/12/2018) pagi tadi.
Mereka tidak kuasa menahan duka mendalam harus menerima kenyataan sang anak, Tya Dwiardianti Nugraha pergi lebih dulu menghadap sang pencipta.
Tya, anak kedua dari tiga bersaudara ini menjadi korban Tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam. Jenazah Tya ditemukan di areal Gathering PLN di Tanjung Lesung, Banten.
Bersama ratusan pelayat, Ade Nugraha dan Tini Kartini menghantarkan Tya yang juga finalis Abang None Jakarta Timur 2017 ke liang lahat.
Prosesi pemakaman Tya diiringi isak tangis dari keluarga, sahabat, hingga para tetangga. Mereka tidak menyangka, Tya pergi begitu cepat.
Ditemui usai pemakaman, Ade Nugraha menyatakan keluarga besar sudah ikhlas dengan kepergian Tya yang juga alumni Fakultas Hukum Universitas Pajajaran tersebut.
Pria paruh baya ini mengaku bersyukur jenazah Tya bisa ditemukan dengan cepat. Menurutnya, kondisi Tya saat ditemukan masih gampang dikenali. Hanya memang ada luka di kening dan pipi. Serta bagian kakinya mengalami beberapa luka lecet.
Didampingi sang istri, Tini Kartini, mereka berbagi cerita mulai dari pencarian Tya pasca berita Tsunami Selat Sunda di media massa hingga jenazah Tya ditemukan di kamar jenazah RS Pandeglang.
"Liat Breaking News di televisi, kami langsung hubungi Tya, tapi tidak bisa dihubungi. Kami bingung bagaimana mencari keberadaan Tya akhirnya diputuskan Minggu (23/12/2018) kami berangkat ke Pandeglang," ujar Ade Nugraha.
Setibanya di Pandeglang, Ade Nugraha dibantu anak pertamanya mencari daftar nama Tya. Hasilnya nihil, nama Tya tidak ada di daftar korban selamat. Alhasil Tini Kartini meminta suaminya untuk mencari di ruang jenazah.
"Saya curiga, kok tidak seperti kebiasaan Tya. Biasanya dia selalu kasih kabar. Ini tidak ada kabar, makanya saya suruh suami saya cari di kamar jenazah," kata Tini Kartini.
Kebetulan di ruang jenazah kala itu baru ada empat kantong jenazah dari lokasi di Tanjung Lesung. Ketika di cek, Tya tidak ada di kantong jenazah. Jelang sore, ambulance kian ramai hilir mudik ke RS Pandeglang.
kembali Ade Nugraha berniat mencari tahu keberadaan anaknya. Ketika hendak melangkahkan kaki ke ruang jenazah, ponselnya berdering. Ternyata kakak sepupunya yang menghubungi.
"Kakak sepupu saya telephone, dia sampaikan ada alumni Labschool yang jadi korban Tsunami Tanjung Lesung. Saya tanya namanya siapa? Dia jawab Tya, itu anak saya. Saya tanya lagi, kondisi terakhir bagaimana? Dijawab kakak sepupu saya sudah meninggal dunia," papar Ade Nugraha.
"Saya kasih tahu kabar itu ke anak pertama saya, kakaknya Tya. Saudarimu informasinya kondisi sudah tidak ada. Kita siap saja dengan kondisi terburuk. Ketika itu saya belum berani bilang ke istri," imbuhnya.
Kian malam, ambulance makin banyak mengantarkan kantong jenazah. Ade Nugraha lanjut melakukan pencarian pada Tya. Benar saja, ketika itu ada beberapa kantong jenazah.
Ade Nugraha sempat tertegun dengan kantong jenazah berwarna biru. Tapi dia mencoba membuka kantong jenazah berwarna kuning dan itu bukan jenazah Tya.
"Entah kenapa, kantong jenazah lain warnanya kuning. Lalu ada satu yang biru, saya sempat buka satu kantong jenazah kuning, itu bukan Tya. Lalu saya buka yang biru, saya bilang ke petugas : ini anak saya. Petugas sempat tanya, apa saya yakin karena saya begitu cepat mengenali wajah anak saya. Saya tegaskan lagi ini Tya anak saya. Saya yakin karena saaya tahu persis anak saya. Tidak ada perubahan signifikan di wajahnya," tutur Ade Nugraha.