Dengar Ada Tsunami, Sopir Mikrolet Merak-Cilegon Ini Lari Tinggalkan Angkotnya
Salah seorang sopir mikrolet rute Merak-Cilegon langsung tancap gas pakai sepeda motor dan meninggalkan mobil angkotnya
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah seorang sopir mikrolet rute Merak-Cilegon langsung tancap gas pakai sepeda motor dan meninggalkan mobil angkotnya begitu saja, ketika mendengar kabar terjadi tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam.
Saat itu dia sedang di rumah kontrakannya yang dekat dengan kawasan Jalan Merdeka, Pelabuhan Merak, Banten.
"Lagi nonton TV saya pas kejadian, keluar dari rumah tetangga pada bilang 'Tsunami-Tsunami, lari ke gunung'. Naik ke atas gunung saya, mobil aja saya tinggalin, (saat kejadian) orang pada keluar semua," kata Asril kepada Tribunnews saat tengah menyetir angkotnya, Cilegon, Banten, Senin (24/12/2018).
"Balik ke rumah lagi pada pagi harinya, turunnya subuh," ujarnya.
Dia mengaku heran atas kejadian Tsunami di Selat Sunda. Pasalnya, menurut pengalaman dan pengetahuannya selama ini, Tsunami biasanya terjadi ketika ada patahan atau gempa bumi di bawah laut yang menyebabkan gelombang laut menjadi tinggi.
Tapi hal itu berbeda dengan Tsunami di Selat Sunda.
"Nggak ada gempa itu, makanya nggak ada gempa, nggak ada tanda-tanda lah orang suasananya terang. Biasanya Tsunami gempa dulu, BMKG aja nggak tau, unik ini," lanjut Asril menceritakan.
Sepengetahuannya lewat informasi di TV ataupun koran, Tsunami Selat Sunda terjadi karena erupsi dari gunung Anak Krakatau menyebabkan adanya longsor di dalam laut, sehingga terjadi gelombang besar yang mengarah ke seluruh penjuru.
"Ada gunung Anak Krakatau longsor terus itu yang jadi Tsunami," jelasnya.
Pria yang telah empat tahun menyopir angkot di daerah Merak ini mengatakan gelombang yang memang sudah tinggi semenjak malam memperparah terciptanya Tsunami
"Kalau liat di daerah penyeberangan di tengah memang gelombang. Karena gelombang gede," katanya.
Dia pun membandingkan kejadian Tsunami Selat Sunda pada Sabtu malam, dengan Tsunami Aceh tahun 2004. Menurutnya, dua kejadian itu .
"Kejadiannya hampir kayak di Tsunami Aceh ya," imbuhnya.
Lebih lanjut, Asril menyebut bencana alam memang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Khusus Gunung Krakatau, menurutnya menjadi yang terkenal di dunia saat meletus tahun 1883.
"Dunia udah tua. Hampir seluruh dunia bencana alam, Jepang pun kena, Amerika juga. Gunung ini terkenal di dunia ini, paling angker kalau meletus, 1883 itu pernah meletus tuh gunung," tuturnya.
Diketahui Gunung Krakatau 135 tahun lalu memang menjadi gunung dengan letusan terdahsyat yang melenyapkan sebagian pulau besar di sekellilingnya.
Bahkan dikatakan, letusannya 21.574 kali lebih dahsyat dari ledakan bom atom, dan terdengar hingga radius 4.600 kilometer dari pusat ledakan di Selat Sunda.
Meletusnya Gunung Krakatau menimbulkan tsunami yang melibas pesisir pantai barat Banten, dari Merak, Anyer, Labuan, Panimbang, Ujung Kulon, hingga Cimalaya, di Karawang, jawa Barat.